Minggu, 27 Maret 2011

World War II in Apocalypse Part II : The End of The Tyrant, History Channel

     Sejak Juni 1940, Inggris harus bertahan sendiri menghadapi keperkasaan angkatan perang Jerman. Inggris menyaksikan sendiri bagaimana angkatan bersenjata Jerman yang perkasa mencaplok Austria, merobohkan Cekoslovakia, kemudian menghancurkan Polandia, meruntuhkan Denmark dan Norwegia, melindas Belanda, Belgia, dan Luksemburg, serta bagaimana cara Jerman memberangus sekutunya, Perancis. Ditambah lagi, pada 10 Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Inggris dan Perancis. Ini bukan masalah besar. Hanya tinggal menunggu waktu hingga Italia runtuh dengan sendirinya. Pada 5 Juli, pemerintah Perancis Vichy memutuskan hubungan diplomatik dengan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom). Masalah besarnya adalah, bagaimana kalau Jerman sampai berpikir untuk menyerang Kepulauan Inggris. Hanya Selat Inggris yang memisahkan Inggris dengan Eropa Daratan yang hampir seluruhnya dikendalikan Nazi Jerman yang tengah menjalankan holocaust. Inggris sendiri. Amerika Serikat dan Uni Soviet masih belum terlibat. Australia, Selandia Baru, dan India yang menjadi sekutu Inggris masih sibuk menghadapi ekspansi Jepang. Irlandia yang masih meributkan sengketa wilayah di Irlandia Utara tak akan sudi membantu, dan Semenanjung Hispanik telah netral.

Luftwaffe dalam Battle of Britain, 7 September 1940
     Pada 10 Juli 1940, ketakutan Inggris terbukti. Jerman dengan angkatan lautnya mencoba menyeberangi Selat Inggris. Usaha Jerman ini selalu gagal karena angkatan laut Inggris terlalu kuat. Meskipun Jerman mengerahkan hampir semua kapal selamnya, namun semua percuma. Inggris menyadari kapal-kapal perang yang ia buat bersama Perancis, yang kini telah takluk, akan menjadi ancaman pada dirinya. Sebab kapal perang itu kini ada di tangan Perancis, tepatnya di salah satu tanah jajahan Perancis yaitu di Algiers, Aljazair. Sebelum Jerman menyadari keberadaan kapal tersebut, dan sebelum pemerintah Perancis Vichy benar-benar berkhianat, Inggris bersama Royal Air Force (RAF), angkatan udara Kerajaan Inggris, menyerbu pangkalan angkatan laut kolonial Perancis di Algiers, Aljazair. Serangan tersebut sukses menenggelamkan seluruh kapal yang dianggap berbahaya bagi Inggris, menggambarkan bagaimana suksesnya, dan betapa kejamnya, Inggris membantai mantan sekutunya itu. Perancis Vichy merencanakan untuk bergabung bersama Jerman untuk mencaplok Inggris, tetapi Petain menolak. Ia bilang, "Sudah cukup satu kekalahan dan tak akan ada lagi hal serupa."
Charles de Gaulle, pahlawan Perancis
     Keinginan untuk menjajah Inggris ditunda oleh Hitler. Ia merasa Inggris akan jatuh dengan sendirinya jika ia berhasil membombardir daratannya. Dengan angkatan udara yang kuat, Luftwaffe, Jerman memulai aksinya mengebom kota-kota penting di Inggris, yaitu London, Portsmouth, dan kota-kota lainnya. Inggris menderita kehancuran besar, tetapi berani membalas dengan membombardir Bremen dan Dresden. RAF adalah rival abadi Luftwaffe yang mau tak mau harus mengakui bahwa mereka imbang. Pertempuran di Selat dan daratan Inggris ini disebut Battle of Britain (Pertempuran Britania). Blitzkrieg di daratan Inggris berlangsung pada 7 September 1940 dan menghancurkan sebagian besar London, termasuk daerah East End. Kehancuran juga terjadi di Glasgow, Coventry, dan Portsmouth.
London 1940, kerusakan akibat pengeboman oleh Luftwaffe
   

      Sehari sebelum Battle of Britain, Italia yang masih menjajah Libya mencoba menginvasi Mesir yang dikuasai Inggris. Melalui pesisir utara, tentara Italia menyeberangi perbatasan dan mulai mengadakan penyerangan menuju Kairo. Tujuannya adalah mengambil alih Terusan Suez yang vital, yang bisa melumpuhkan ekonomi Inggris. Namun Italia justru mengalami kemalangan. Pasukan Inggris, yang dibantu tentara pelarian Perancis di bawah pemerintahan darurat di London, menyerang balik dan Italia terpukul kembali ke Libya. Invasi Italia atas Mesir gagal pada 16 September 1940. Di saat bersamaa, Inggris dan Perancis berhasil mengambil sebagian wilayah utara Libya dan Italia mulai terdesak mundur. Ini adalah kekalahan Italia yang pertama setelah sebelumnya berhasil menang atas Abessynia dan Albania. Italia segera membuat Front Sidi Barrani Timur yang diharapkan mampu membendung kekuatan Inggris di Libya. Tapi ini tak berfungsi sama sekali.
Tentara Italia memasuki Mesir pada 1940
     Melihat kesuksesan Jerman, Italia jadi semakin termotivasi dan tak pantang menyerah meski mengalami kekalahan di Afrika Utara. Dengan semangat membara, Mussolini memutuskan untuk menyerbu Semenanjung Balkan lebih dalam, yaitu dua negara besar, Yugoslavia dan Yunani. Italia menyerbu masuk ke dalam Yunani pada 28 Oktober 1940. Meski begitu, tentara Italia harus menerima bahwa dirinya dihabisi oleh pasukan gabungan Yunani dan Yugoslavia yang disokong Inggris. Italia bahkan lari terbirit-birit kembali ke Albania karena dikejar-kejar calon mangsanya sendiri. Pasukan Yunani, Yugoslavia, dan Inggris bahkan bisa menyerang balik dan mendesak pertahanan Italia di Albania. Italia benar-benar gagal dalam menginvasi seluruh Balkan pada Maret 1941. Melihat sekutunya dipermalukan, Jerman mengirim bala bantuan yang langsung mendapat kemenangan kembali atas Albania.
Bendera Swastika Nazi dikibarkan di Athena setelah jatuhnya Yunani
     Di Afrika Utara, perang terus berlanjut antara Italia yang lemah melawan Inggris, Perancis, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan, kemudian, Amerika Serikat sejak Desember 1941. Pasukan Sekutu menyerang dari timur, merebut Tobruk pada 22 Januari setelah sebelumnya berhasil mengambil Bardia. Pada 6 Februari, kota Benghazi direbut oleh Sekutu dan Italia mulai kewalahan menghadapi pemberontakan rakyat Libya yang mulai merasa kolonial Italia sudah semakin lemah. Tripoli yang dijadikan ibukota kolonialpun mengalami kerusuhan. Melihat ini, Jerman segera datang membantu di bawah komando Jenderal Erwin Rommel yang dijuluki 'serigala padang pasir'.
Jenderal Erwin Rommel
          Setelah menduduki Albania kembali dengan sukses, Jerman dan Italia berencana mendapatkan Yugoslavia, negara terbesar di Semenanjung Balkan. Invasi atas Yugoslavia diberi nama Operasi 25 (Operation 25), yang dimulai pada 6 April 1941. Bersamaan dengan itu, Operasi Marita (Operation Marita) juga dilancarkan, yaitu serangan Jerman terhadap Yunani. Yugoslavia jatuh pada 17 April 1941 dan Yunani menyusul sepuluh hari setelahnya. Dengan dikalahkannya Yugoslavia, Jerman dan Italia memecah-mecah negara tersebut menjadi tiga, yaitu negara independen Kroasia, negara boneka Serbia yang dikendalikan Jerman, dan Montenegro yang menjadi negara protektorat Italia. Di Yunani, bendera swastika Nazi mulai berkibar sejak Athena dirampas pada 27 April 1941. Tentara Inggris yang beroperasi di Yunani mencoba melarikan diri ke Pulau Kreta. Melalui Operasi Merkur (Operation Merkur), pasukan Jerman membersihkan Pulau Kreta dari sisa-sisa tentara Inggris dan memaksanya menyelamatkan diri ke Pulau Malta di Laut Mediterania.  Turki, bekas sekutu Jerman dalam Perang Dunia I yang juga memiliki wilayah kecil di Semenanjung Balkan, segera mengerahkan pasukannya agar Jerman dan Italia tidak bergerak lebih jauh menuju Istanbul. Operasi Merkur dijalankan begitu Hitler menghentikan Battle of Britain pada Mei 1941 ketika Jerman merasa perang tersebut tak menghasilkan apa-apa. Tapi Inggris diuntungkan berkat keputusan Hitler itu. RAF, meski kuat, tetapi benar-benar sudah habis-habisan saat itu. Jika seandainya Jerman bersabar sedikit saja dan meneruskan perang, maka tak akan ada lagi masa depan bagi Kerajaan Inggris.
       Pada Juni 1941, Angkatan Darat Australia dan Sekutu menginvasi Suriah dan Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni 1941. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi. Pemberontakan didukung oleh Mufti Besar Jerusalem, Haji Amin al-Husseini. Karena garis belakangnya terancam, Inggris mengirimkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Haji Amin al-Husseini melarikan diri ke Iran. Tetapi kemudian pasukan Inggris yang dibantu Uni Soviet menyerbu Iran dan menggulingkan rezim shah Iran yang pro-Nazi. kedua tokoh itu kemudian menyelamatkan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka lalu bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan Yahudi.
Husseini terlihat akrab dengan serdadu Jerman

Sipil yang dieksekusi di Pulau Kreta selama Operasi Markur
      Uni Soviet sudah tak ingin lagi terlibat lebih jauh dalam perang. Setelah puas melumat Finlandia, Stalin kini bisa duduk-duduk dengan santai di kursi kekuasaannya. Ia masih saja bermimpi membagi Eropa bersama Jerman, tetapi mimpinya itu pupus di tengah jalan ketika Operasi Barbarossa dimulai pada 22 Juni 1941, tiga minggu setelah Operasi Markur berakhir. Tetapi pada kenyataannya, kedua belah pihak sama sekali tak berniat memenuhi pakta yang telah mereka tanda tangani pra-jatuhnya Polandia. Hitler hanya ingin Stalin diam sementara ia menggilas Eropa Barat, dan sebaliknya Stalin ingin Hitler bungkam sementara ia membangun tentara untuk mempertahankan wilayahnya yang paling barat, yakni Polandia bagian timur dan Ukraina. Stalin tahu cepat atau lambat Hitler akan tergoda untuk menyerang Uni Soviet yang begitu luas, yang dianggap tambang emas sebenarnya oleh Nazi Jerman. Tetapi ia tak mengira Hitler akan sudi terlibat dalam banyak pertempuran dalam waktu yang relatif dekat.
Tentara Jerman memasuki Uni Soviet pada 1940

      Akibat  kelalaian Stalin yang belum juga menempatkan pasukan di perbatasan barat, lebih dari 3 juta serdadu Jerman menyeberangi perbatasan menuju wilayah Uni Soviet. Serangan tersebut hanya mengalami sedikit perlawanan. Hitler bahkan berhasil menduduki Ukraina dan merebut Kiev. Banyak warga Ukraina yang menuntut kemerdekaan dari Uni Soviet, sehingga banyak yang membangkang dan bergabung dengan Jerman. Sasaran utama Hitler ada dua, menguasai kota Leningrad dan Moskow. Taktik Blitzkrieg digunakan lagi dalam pertempuran ini dengan harapan mampu meraih kemenangan gemilang seperti yang sudah-sudah. Tetapi kali ini berbeda. Jerman semakin terdesak ketika mencoba memasuki Uni Soviet lebih dalam. Perlawanan besar terjadi beberapa mil di luar pintu gerbang ibukota Moskow. Pasukan Soviet yang kuat, yang sukses mengalahkan Finlandia, kini berhadapan dengan pasukan negara yang telah menaklukkan Eropa Barat. Pertempuran habis-habisan akan dimulai, yang menjadi pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah.
Tentara Jerman amat akrab dengan wanita Ukraina di Kiev
      Di Asia, Jepang berhasil menguasai sejumlah negara-negara di Kepulauan Pasifik. Hanya ada tiga musuh besar bagi Jepang, yakni Australia, India yang dikendalikan Inggris, dan Selandia Baru. Pada 16 September 1940, RUU yang diajukan Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt tentang mobilisasi pasukan disetujui, dan ini membuat Jepang merasa terancam. Hanya ada dua pilihan bagi Jepang, menyerang terlebih dahulu dan menang atau menunggu hingga Amerika Serikat datang dan menentangnya. Maka pada 7 Desember 1941, pangkalan militer Amerika Serikat di Hawaii, Pearl Harbor, dibombardir dan menenggelamkan empat ratus kapal Amerika Serikat. Anehnya, kapal-kapal penting dan kuat tidak ada di sana. Yang ada hanyalah kapal-kapal tua yang lemah, yang mungkin bisa tenggelam kapan saja tanpa diserang. 2403 orang meninggal termasuk 68 warga sipil. Mereka seperti korban yang sudah disiapkan Roosevelt agar memiliki alasan untuk ikut dalam pertempuran. Maka sehari setelahnya, Amerika Serikat dan Inggris menyatakan perang terhadap Jepang.
USS Arizona tenggelam pada serangan di Pearl Harbor

      Sehari setelah menyerang Pearl Harbor, Jepang segera menyerbu Filipina yang juga dikuasai Amerika Serikat. Serangan bom menjadi awal penyerangan, dan berubah menjadi serangan darat dua minggu kemudian. Pasukan Amerika Serikat dan Filipina mencoba mempertahankan wilayah, tetapi Jepang lebih kuat. Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas McArthur tergusur. Langkah Jepang sangat gemilang, yang dapat disamakan dengan blitzkrieg Jerman.
      Jerman melihat Jepang sebagai sebuah kekuatan besar di Asia yang dapat diandalkan. Angkatan perang Jepang berhasil dengan sukses menghajar pertahanan negara-negara kolonial Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik. Hitler mencoba merangkul Jepang, dengan harapan dengan itu Jepang akan sudi membantunya dengan menyerang Uni Soviet dari timur, hal yang sebelumnya tak pernah dilakukan Tokyo. Hitler menggambarkan keinginannya bersekutu dengan Jepang melalui pernyataan perang dengan Amerika Serikat, hal yang ditentang banyak anggota Nazi. Para jenderal memohon agar Hitler tidak melakukan hal tersebut. Mereka tak ingin berhadapan dengan dua legenda sekaligus, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pertempuran front timur sudah melelahkan, dan menambah-nambah front hanya akan mengukir nisan Nazi saja. Akan tetapi Hitler ingin jadi orang yang memutuskan. Akhirnya pada 11 September 1941, Jerman  dan Italia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dalam waktu hampir bersamaan.
      Afrika Utara menjadi medan pertempuran yang panas. Jerman dan Italia berhasil mengembalikan wilayah yang semula direbut oleh Sekutu. Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Sahara Barat yang menrupakan jajahan Perancis yang sudah runtuh, otomatis telah berada di bawah kontrol Jerman. Dengan bala bantuan dari Jerman, Poros berhasil memasuki Mesir dan membuat Sekutu terdesak. Jepang di Asia berhasil merebut pulau-pulau Pasifik seperti Pulau Guam dan Wake yang dikuasai Amerika Serikat. Pada Maret 1941, ketika pertempuran di Rusia dan Afrika Utara semakin memanas, Jepang menyerbu Birma dan menguasainya. Jepang kemudian mulai terfokus pada Port Moresby di Papua Nugini, yang menjadi koloni Inggris. Sekali lagi, Poros di Afrika Utara terjepit karena Hitler tengah terfokus pada Uni Soviet dan tidak terlalu memperhatikan pertahanan di Afrika.
Kapal Italia yang berpatroli di Laut Mediterania
      Jerman menyerah keamanan Laut Mediterania pada angkatan laut Italia yang berjaga-jaga sepanjang perairan, dari Perancis hingga Tripoli, Libya. Italia berjaga-jaga dengan jumlah pasukan yang banyak, yang diyakini Mussolini tak akan berhasil ditembus Sekutu dengan usaha sekeras apapun. Tetapi kenyataannya lain. Kesalahan justru terjadi akibat kelengahan tentaranya. Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerbu Laut Mediterania dan menenggelamkan sebagian besar kapal-kapal Italia yang berpatroli di lautan. Serangan ini tak mampu ditahan Italia karena tidak siaga. Meski mendapat teguran dari Hitler dan Mussolini, Italia memang tak bisa diandalkan sejak awal. Kemudian tak lama setelah itu gabungan angkatan udara Amerika Serikat dan Inggris menyerang angkatan laut Italia lagi, dan sekali lagi, angkatan laut Italia dapat dilumpuhkan secara total akibat ketidaksiagaan pasukannya. Dalam keadaan putus asa dan semakin terdesak, Rommel meminta pengunduran dirinya pada Hitler, tetapi ditolak. Ia dipaksa melanjutkan pertempuran bahkan hingga sebagian besar angkatan perang Italia telah lumpuh dan bantuan logistik telah diblokir karena Laut Mediterania telah berhasil direbut Sekutu. Hitler lebih fokus pada Uni Soviet yang bertempur habis-habisan dengan persenjataan yang lebih hebat.
     Di tahun yang sama, Jepang menyerbu Hongkong, koloni utama Inggris di Cina. Pasukan Inggris mencoba mempertahankan Pulau Hongkong, tetapi hasilnya sama saja. Pada 25 Desember 1941, bertepatan dengan hari Natal, seluruh Hongkong sudah jatuh ke tangan Jepang. Hari Natal yang seharusnya disambut dengan bahagia justru menjadi duka di pihak Inggris. Poros di Afrika Utara semakin babak belur. Kota Benghazi di Libya berhasil dikuasai oleh Inggris, dan Ajdabiya juga jatuh sehari setelahnya. Rommel mendapat pukulan hebat ketika harus menelan kekalahan di front El Agheila, Libya.
Tentara Kanada datang membantu Inggris dalam perang di Hongkong
      Pada 1 Januari 1942, bertepatan dengan tahun baru Masehi, Deklarasi Persatuan Bangsa-Bangsa ditandatangani oleh 26 negara. Sembilan belas hari kemudian, Konferensi Wannsee diadakan Nazi untuk membahas 'Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi'. Berdasarkan hasil konferensi itu, jutaan orang Yahudi mulai dieksekusi di kamp-kamp tahanan, holocaust sudah semakin merajalela di seluruh Jerman. Salah satu korban holocaust paling terkenal adalah Anne Frank, seorang Yahudi Belanda yang kemudian menulis buku harian pengalamannya selama di kamp. Bahkan satu hal yang nyaris dilakukan Hitler. Ia hampir mengubah nama Berlin menjadi Germania.
Anne Frank, korban holocaust

      Rommel tetap bertahan setelah permintaan mundurnya ditolak Hitler. Dengan sukses ia mendapatkan kembali Ajdabiya pada 23 Januari dan Benghazi enam hari kemudian. Pasukan Jerman di tanah Rusia semakin terdesak. Jerman, yang berperan sebagai pasukan garis depan, mengandalkan Italia, Rumania, Hungaria, dan Bulgaria sebagai pasukan garis belakang. Tapi itulah kesalahan paling fatal Hitler. Tanpa disadari, pasukan garis belakang yang dipimpin Italia mengalami kehancuran setelah diserang mendadak oleh Tentara Merah Soviet. Jerman mendapati dirinya terjebak tanpa perlindungan belakang, dan mereka tidak siap menghadapi musim dingin Rusia yang kejam. Pada Februari 1942, segelintir pasukan Jepang berhasil meluluhlantakkan pasukan Inggris yang berjumlah jauh lebih banyak di Singapura. Pulau Singapura dan sekitarnya jatuh ke tangan Jepang pada hari itu juga, yang menjadi kekalahan paling memalukan dalam sejarah angkatan bersenjata Inggris. Pada bulan dan tahun yang sama, Jepang mulai mengincar Semenanjung Malaya. Angkatan udara Jepang membombardir Kuala Lumpur, Malaysia, yang dikendalikan Inggris. Pasukan Inggris segera mempertahankan Brunei Darussalam, yang merrupakan tambang minyak incaran Jepang.
Kuala Lumpur, Februari 1942

      1 Maret 1942, Jawa yang dikendalikan Belanda menyerah tanpa syarat setelah Jepang mendarat di Tarakan dan mulai mengancam akan mengebom Bandung. Seluruh wilayah Hindia Belanda (sekarang menjadi Indonesia) telah jatuh ke tangan Jepang. Sekitar 100 ribu tentara Belanda, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris ditawan di Indonesia. Setelah menguasai hampir sebagian Asia Tenggara, Jepang kembali fokus pada Filipina yang menyerah pada 9 April 1942 di Tanjung Bataan, dan kemudian seluruh Filipina jatuh pada kendali Jepang pada 6 Mei di Pulau Corregidor. Jenderal Douglas McArthur yang dievakuasi ke Australia berkata "Aku akan kembali" sebelum ia dibawa ke Australia.
Jenderal Douglas McArthur

       Meski Jerman menggunakan serangan yang menyasar ke sipil, sebenarnya Amerika Serikat dan Inggrislah yang memulainya. Kedua negara memasuki Jerman daratan dan mengebom kota-kota penting, membunuh rata-rata 100 sipil dalam waktu sehari. Kota Hamburg dan Dresden nyaris hancur total. Jepang lebih menderita karena sebagian besar rumah-rumahnya berdekatan dan terbuat dari kayu. Serangan udara Amerika Serikat ke daratan Jepang pada 10 Maret 1942 membuat badai api di angkasa Jepang, dan banyak warga sipil yang tewas akibat serangan ini.
      Dua hari sebelum menyerahnya Amerika Serikat di Filipina, sebuah pertempuran di Coral Sea telah dimulai dan dimenangkan Sekutu pada 8 Mei 1942. Kota Tobruk di Libya bagian timur berhasil diambil lagi oleh Poros. Operasi Barbarossa mengalami kebuntuan. Pasukan Jerman semakin terjepit meski sudah mengepung Leningrad. Akhirnya Hitler merubah tujuannya. Dari semula menggilas Uni Soviet menjadi mendapatkan Rusia Selatan. Namun Stalin tak akan membiarkan hal itu terjadi. Jepang dan Amerika Serikat bertempur di Midway, sebuah pertempuran laut di mana pesawat-pesawat Amerika Serikat berhasil menenggelamkan tiga kapal induk Jepang dalam waktu satu menit. Jepang tak pernah pulih sejak kekalahan di sini. Pada akhir bulan Juni, pertempuran El Alamien I berlangsung dan dimenangkan Poros. Perlawanan Soviet di Crimea berakhir pada 5 Juli 1942 dan kini Stalin bisa lebih leluasa memfokuskan diri pada kecoa-kecoa Hitler di negaranya. Melihat kekuatan yang sudah tak memungkinkan, Jerman menarik diri dari Rusia Utara, menuju selatan. Meski telah mengepung Leningrad selama 900 hari, tetapi Perlawanan kuat dari Uni Soviet membuat Jerman tak bisa menguasainya. Front Moskow mengalami kekalahan telak, dan Hitler mencoba mengulur kekalahan dengan berusaha mendapatkan sebuah kota di selatan, Stalingrad.
Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet

      Langkah Jerman menuju Stalingrad bermula pada 9 Juli 1942. Ketika Jepang mulai melancarkan bombardir terhadap Australia Utara, Jenderal Alexander dan Montgomery mengambil alih komando Sekutu atas front di Timur Tengah pada 13 Agustus 1942. Kedua jenderal ternyata berhasil memusingkan Rommel. Hitler, semakin pusing mendapat laporan hasil pertempuran di mana-mana. Jepang harus mempertahankan wilayah yang begitu luas dengan persenjataan yang semakin tipis. Pada 23 Agustus, pesawat-pesawat Jerman menyerang Stalingrad. Di Afrika Utara, Rommel gagal melancarkan aksi di Alam el Halfa. Pertempuran pecah di kota Stalingrad pada 13 September 1942. Kali ini Tentara Merah Soviet muncul dengan kekuatan yang baru. Georgy Zhukov, seorang jenderal cemerlang di pihak Uni Soviet, merasa Jepang tak akan menyerang wilayahnya di Timur Jauh, karena negara tersebut sedang sibuk mengurus musuh utamanya, Amerika Serikat. Zhukov mengerahkan pasukannya dari Siberia yang dibantu persenjataan dan dukungan Tentara Merah. Orang-orang Siberia adalah rakyat mahir berburu dan tidak takut dingin. Kini mereka akan memulai perburuan lagi. Tapi sasarannya bukan rusa ataupun beruang, melainkan tentara Jerman.
Jenderal Bernard Law Montgomery

      Pertempuran Stalingrad adalah pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah umat manusia. Kurang lebih tujuh serdadu tewas setiap lima menitnya. Tentara Soviet mati-matian mempertahankan kota dan Jerman yang semakin terdesak dipaksa Hitler untuk tidak menyerah. Hitler lupa kemampuan istimewa Soviet dalam memobilisasi pasukan. Bantuan yang terus berdatangan membuat Jerman benar-benar dihancurkan. Musim dingin Rusia dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pasukan Soviet. Banyak tentara Jerman yang mati akibat penyakit dan kelaparan. Satu-satunya tujuan mereka merebut Stalingrad bukan karena paksaan dari Hitler, melainkan untuk mempertahankan hidup. Pasukan Jerman yang kedinginan bisa saling bunuh hanya karena berebut gubuk dan jerami untuk menghangatkan diri. Tapi Soviet berbeda. Mereka bekerja sebagai  seorang profesional di medan perang dingin dan bersalju.
      Perang Stalingrad berlangsung penuh darah. Soviet berada di puncak pertempuran sejak 19 November 1942. Jerman kebingungan menghadapi dua front sekaligus, di Eropa dan Afrika Utara. Italia sudah tak bisa diandalkan dan Jepang terlalu jauh dari jangkauan. Montgomery melancarkan Operation Lightfoot di El Alamien yang membuat pertahanan Poros di kota itu kocar-kacir dan berhasil beralih kendali ke tangan Sekutu. Tiga hari kemudian, yaitu pada 8 November 1942, Jenderal Dwight Eisenhower dari Amerika Serikat melancarkan Operasi Obor (Operation Torch) guna merebut Maroko dan Aljazair yang dikendalikan pemerintah Perancis Vichy. Hanya dalam waktu sehari, Sidi Barrani diambil alih lagi oleh Sekutu, begitu juga dengan Tobruk empat hari kemudian. Pada 15 Desember, Inggris merebut Derna sementara Amerika Serikat berhasil mendarat di Maroko dan Aljazair setelah mengalahkan gabungan tentara Jerman dan Perancis Vichy pada 16 November 1942. Jerman dan Amerika Serikat lalu bertemu di kota Djebel Abiod, Tunisia, sehari setelahnya.
Tentara Sekutu selama Operasi Obor di pantai Algiers, Aljazair

      Rommel kesulitan menghadapi dua jenderal jenius sekaligus. Serdadu Sekutu yang dinamai Eighth Army berhasil menduduki Benghazi pada 20 November. Tentara Amerika Serikat berjalan dan dalam waktu seminggu berhasil mencapai kota Terbourba dan Djedeida, 12 mil dari Tunis, pusat pertahanan Poros. Akan tetapi Rommel berhasil mendorong mundur pasukan tersebut di Medjez el Bab, dan memaksanya bertahan di Terbourba yang kemudian gagal dipertahankan oleh Amerika Serikat. Sementara itu, di timur, Eighth Army berhasil merebut Sirte.
      Jepang tak pernah memulai aksi dan terus bertahan sejak Pertempuran Midway. Negara kecil itu harus mempertahankan wilayah luasnya dari gempuran Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.  Ibukota kolonial Italia di Tripoli dirampas oleh Inggris pada 23 Januari 1943. Rommel dan tentaranya terseok-seok menyelamatkan diri ke Garis Mareth, perbatasan selatan Tunisia dengan Libya. Dari Jalan Faid di pusat Tunis, Poros melangkah menuju pertempuran Zizi Bouzid, dan tiba di Sbeteila dua hari kemudian.  Poros benar-benar semakin terdesak di Afrika Utara.
      Di Stalingrad, Jerman sudah tak punya harapan untuk menang tetapi Hitler tetap bersikeras menguasai kota. Stalin menganggap Hitler melakukan aksi yang sia-sia, dan ia tetap menolak menyerahkan Stalingrad sebagaimana Finlandia menyerahkan Viipuri. Serdadu Jerman akhirnya terkepung di kota, tanpa makanan, tanpa bantuan logistik, tanpa persenjataan, dan Soviet sudah siap melakukan strategi 'sapu habis' hingga akhirnya serdadu Jerman menyerah pada 2 Februari 1943. Sisa-sisa tentara Jerman ditawan, tapi perlakuan sebagai tawanan masih lebih baik daripada kedinginan dan melanjutkan pertarungan yang sia-sia di Stalingrad. Stalingrad, sebuah kota di daratan Rusia, akhirnya menjadi awal dari akhir para Nazi, yang dengan tak sengaja telah mengukir batu nisannya sendiri. Pertempuran itu adalah kekalahan pertama Jerman sekaligus patokan dari kekalahan-kekalahan Jerman berikutnya.
Serdadu Soviet mengibarkan bendera kemenangan di Stalingrad


      Operation Vulcan yang dilancarkan Sekutu pada 7 Mei 1943 berhasil menyelesaikan Front Timur Tengah. Mereka menyerbu masuk ke dalam Tunisia, satu-satunya wilayah kekuasaan Poros yang tersisa di Afrika Utara. Bantuan tak bisa lagi dikirim karena Laut Mediterania yang tadinya diberikan pada Italia justru jatuh ke tangan Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Rommel hanya tinggal menanti kekalahannya yang pertama. Meski begitu, Nazi Jerman tetap mati-matian mempertahankan Tunisia yang percuma. Pertempuran besar terjadi di Sfax, Sidi Bouzid, Terbourba, dan Djedeida. Garis Mareth berhasil dikuasai Sekutu terlebih dahulu pada 23 Maret 1943. Akhirnya Amerika Serikat dapat melaju kembali ke Tunisia setelah mendapat kebuntuan di Terbourba, setelah Inggris berhasil menerobos pertahanan timur dan selatan Jerman di Tunisia. Pada 7 Mei 1943, pasukan Inggris memasuki ibukota Tunis, Amerika Serikat mengambil kendali atas kota Bizerte, dan Rommel dievakuasi kembali ke negaranya. Sisa-sisa serdadu Jerman dan Italia menyerah di Tunis, Tunisia, pada 13 Mei 1943. Front Afrika dan Timur Tengahpun berakhir di sini.
Serdadu Jerman dan Italia yang ditawan setelah jatuhnya Tunis, Tunisia

      Jatuhnya Tunis dan kekalahan Poros di Afrika Utara dan Stalingrad adalah awal dari kekalahan beruntun Italia dan Jerman, sementara kekalahan Jepang atas Midway adalah titik balik yang signifikan. Setelah kekalahan Poros di Afrika Utara, Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai mengambil andil dalam pembebasan Asia dan Eropa. Pakta Non-Agresi telah gagal disepakati dan Soviet kini mulai tergiur melihat Jerman yang sudah lemah setelah kegagalan atas Stalingrad.

Next episode :
World War II in The End : End of The Line, History Channel

Sabtu, 26 Maret 2011

World War II in Colour Part I : The Star and The Dark, History Channel



     Perang Dunia II adalah sebuah konflik dunia di mana terjadi pertikaian di dunia, di antara pihak ultranasionalis atau biasa disebut Poros Axis yang dipimpin Jerman, Jepang, dan Italia, melawan Sekutu yang dipimpin Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Perang yang bermula di musim panas ini disebut-sebut sebagai salah satu peristiwa paling berpengaruh di dunia, yang membuka era baru dan teknologi yang  diperlombakan. Ini adalah perang pertama yang menggunakan angkatan udara sebagai pemain utama, dan sekaligus perang paling dahsyat sepanjang sejarah di mana untuk pertama kalinya senjata nuklir diturunkan dalam perang.

1. Awal Perang
     Perang Dunia II bermula dari sekelompok ultranasionalis yang lahir di tiga negara. Di Jerman, Adolf Hitler lahir sebagai pemimpin Partai Nazi, partai antisemit yang menginginkan kekuasaan ras Arya. Adolf Hitler menggunakan kekuatannya untuk melengserkan Republik Weimar yang membuat Jerman mengalami krisis moneter luar biasa. Setelah Hitler berkuasa pada 1933, ia segera memperkuat militer untuk bersiap-siap memulai pertempuran demi kekuasaan. Dengan semangat Lebensraum (ruang tinggal), ia menginginkan tanah kekuasaan yang lebih luas untuk ras Arya. Di Italia, diktator Benito Mussolini meraih tampuk kekuasaan setelah paham fasisme yang ia anut berhasil mengalahkan komunisme dan sosialisme. Mussolini menginginkan Italia berkuasa sebagaimana pada masa Kekaisaran Romawi Suci dahulu. Ia mendapat kepercayaan Raja Italia untuk membangun pemerintahan, dan Mussolini segera membangun pemerintahan keras dan fasis, yaitu paham di mana kepentingan negara berada di atas segala-galanya. Ia juga adalah kawan akrab Hitler, yang kemudian mengadakan Aliansi Berlin-Roma. Kaisar Hirohito memang secara de facto menjadi kaisar sah di Jepang. Tapi tahukah sang kaisar bahwa yang berkuasa sesungguhnya adalah Jenderal Hideki Tojo? Militer telah mengambil alih pemerintahan sipil di Jepang.
Kaisar Hirohito

Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan)

     Sebelum perang meletus, Spanyol telah jatuh dalam perang saudara antara sayap kiri (sosialis, komunis, dan rakyat biasa yang mendukung republik) dan sayap kanan (tuan tanah kaya raya, perwira, gereja katholik, dan Partai Fasis Falange yang menginginkan raja untuk kembali berkuasa). Sayap kiri didukung oleh Uni Soviet, sementara sayap kanan dipimpin Jerman dan Italia. Ketika perang meletus, sayap kiri sempat berkuasa ketika datang sayap liberal dari negara lain, yakni Laurie Lee. Sayap kiri jatuh dan loyalis liberal menguasai sejumlah kota besar. Hingga akhirnya sayap kanan yang didukung Jenderal Franco berhasil menghancurkan pertahanan loyalis di Madrid dan menduduki kursi kekuasaan hingga 1975.
Jenderal Franco, diktator Spanyol
     Uni Soviet adalah negara besar yang terletak di Eropa Timur, membentang jauh hingga Siberia dan Asia Tengah. Uni Soviet didirikan oleh Vladimir Lenin yang berhasil menggulingkan Tsar Rusia, Nicholas II, dalam Revolusi Oktober 1917. Negara ini dipimpin oleh diktator komunis Joseph Stalin sejak 1924, yang mengambil kekuasaan setelah Lenin meninggal. Meskipun Jerman dan Uni Soviet sesama negara sosialis, tetapi Uni Soviet bukan antisemit. Yahudi adalah agama terbesar ketiga di Uni Soviet setelah Gereja Ortodoks Rusia dan Islam, itulah yang membuat Poros tak bisa bersekutu dengan negara ini.
     Ketiga negara mulai menunjukkan keagresifannya sejak tahun 1930-an. Kebangkitan ekonomi dan militer Jerman meresahkan Inggris dan Perancis, yang trauma akan Perang Dunia II yang berakhir pada 1919 dengan ditandatanganinya Perjanjian Versailles yang sangat merugikan Jerman dan sekutunya. Perjanjian itu diharapkan dapat mengakhiri perang secara permanen, tetapi justru menjadi 20 tahun menuju perang baru. Jepang menyerbu Manchuria dan dengan mudah menduduki Korea. Cina yang masih dikuasai Partai Kuomintang yang lemah harus mengakui bahwa Jepang menguasai separuh negaranya di bagian utara. Italia, yang masih menjajah Libya, mengikuti pada 1935, menyerbu Abessynia (sekarang Ethiopia) sebagai tanda berdirinya 'Kekaisaran Roma Baru'. Sebelumnya pada tahun 1896, Italia pernah dikalahkan Abessynia saat negara itu mencoba mendapatkan ibukota Addis Ababa. 16 Maret di tahun yang sama, wajib militer diterapkan di Jerman. Setahun kemudian, pasukan Jerman menduduki Rhineland. Italia mengalahkan Abessynia dan mendapatkan Addis Ababa pada 1936. Pasukan Cina dan Jepang bentrok di dekat Beijing, dan insiden itu disebut 'Insiden Jembatan Marco Polo' yang terjadi pada 7 Juli 1937. Setahun kemudian, tepatnya 15 Oktober 1938, tentara Jerman memasuki Sudetenland.
Benito Mussolini dalam parade kemenangan di Roma atas Abessynia
     Jerman adalah negara yang paling banyak mengambil andil dalam setiap langkah Poros. Pada 1938, ia merebut Wina, menduduki Austria dan kemudian mengambil Cekoslovakia pada 16 Maret 1939. Setelah kedua negara tersebut jatuh, Jerman mengalihkan perhatiannya pada Polandia. Inggris dan Perancis berjanji akan membantu jika Polandia akan menjadi korban selanjutnya, akan tetapi Hitler tak pernah mengira janji ini akan dipenuhi. Musim panas 1 September 1939, tentara Jerman menyerbu masuk ke dalam Polandia melalui rawa-rawa yang telah kering. Dua hari kemudian Inggris, Perancis, Australia, dan Selandia Baru menyatakan perang terhadap Jerman. Sebelum menyerang Polandia, Hitler telah menandatangani Pakta Non-Agresi dengan Stalin. Hitler tak pernah berniat untuk memenuhi pakta ini. Ia hanya tak ingin Soviet mengganggu sementara ia sibuk melumat Polandia dan menggilas Eropa Barat. Swedia, Spanyol, Switzerland, dan Portugal segera menyatakan kenetralannya.
Penandatanganan Pakta Non-Agres Soviet-Jerman. Pakta ini disebut Pakta Agustus 1939
     Italia tak mau kalah dengan keberhasilan sekutunya, Jerman. Dengan semangat Italia Irridenta (Italia yang belum dibebaskan), Mussolini memutuskan menyerbu Albania pada 7 April 1939. Setelah berhasil menguasai Kekaisaran Abessynia pada Mei 1936, Italia merasa dirinya cukup kuat untuk terjun lebih jauh dalam pertempuran. Albania dikejutkan dengan serangan Italia melalui Laut Adriatik, laut yang memisahkan Semenanjung balkan dengan Semenanjung Italia. Tentara Italia dengan agresif menyerbu masuk ke dalam Albania yang berhasil dilumpuhkan secara total. Albania jatuh jauh lebih cepat daripada Abessynia ataupun negara-negara lain yang ditaklukkan Italia. Albania adalah negara paling cepat lengser nomor dua dalam Perang Dunia II. Italia hanya perlu memakan waktu 5 hari untuk merampas Tirana dan menguasai seluruh Albania.
Tentara Italia merayakan kemenangan atas Albania
     Belum puas dengan Polandia, Uni Soviet mencoba membentangkan sayapnya ke timur, dan menoleh pada Finlandia. Invasi Uni Soviet terhadap Finlandia dimulai pada 30 November 1939. Tentara Merah Uni Soviet menyerbu ke dalam Finlandia, dan mencoba menguasainya meski gagal. Serbuan kedua kembali dijalankan, tetapi Soviet harus menerima bahwa pasukan Finlandia, yang dibantu Spanyol, Swedia, Hungaria, dan militan Estonia, mampu memukul mundur pasukan Soviet hingga ke perbatasan. Melihat keadaan ini, Stalin mulai geram. Ia segera melancarkan 3 juta tentara sekaligus untuk membungkam Finlandia. Alhasil, Stalin dapat duduk kembali dengan tenang di kursinya. Tentara Merah dengan cepat mampu mendorong tentara Finlandia, yang semakin terdesak ke dalam negaranya. Dibantu dengan bantuan logistik serta persenjataan yang lebih memadai, kota-kota penting di Finlandia berhasil direbut dan Stalin serta para jenderalnya mulai memandang ibukota Helsinki sebagai tambang emas yang menggiurkan.

Taktik gerilya yang diterapkan tentara Finlandia dalam Winter War tak sanggup menghentikan langkah Tentara Merah


     Melihat keadaannya yang semakin terdesak, pemerintah Finlandia segera menawarkan perundingan dengan Uni Soviet. Tawaran ini diterima, dan perundingan diadakan di Moskow. Ditandatangani pada 12 Maret 1940, Finlandia menyerahkan sebagian Karelia, termasuk tanah genting Karelia serta lahan besar di utara Danau Ladoga. Daerah ini termasuk kota Viipuri, kota terbesar kedua di Finlandia yang diserahkan pada Uni Soviet. Viipuri adalah kota industri dan wilayah signifikan di Finlandia yang masih dipegang oleh tentara Finlandia. Penyerahan kota Viipuri mendapat protes keras dari banyak rakyat Finlandia yang merasa pemerintah mereka terlalu 'loyo', tetapi pemerintah Finlandia menganggap Viipuri adalah bayaran murah sebagai pengganti Helsinki dan seluruh Finlandia.
Viipuri, kota terbesar kedua di Finlandia yang diberikan pada Uni Soviet seusai Winter War
     Finlandia juga menyerahkan salah satu bagian wilayah strategis di Salla, yaitu  Semenanjung Kalastajansaarento di Laut Barents, serta empat pulau di Teluk Finlandia. Semenanjung Hanko disewa selama 30 tahun oleh Uni Soviet sebagai pangkalan militer. Sesuai perjanjian, daerah Petsamo yang dikuasai Uni Soviet akan dikembalikan pada Finlandia. Secara keseluruhan, Uni Soviet mendapat keuntungan yang cukup besar. Perang Musim Dingin (Winter War) membuat Finlandia kehilangan 11% wilayahnya dan 30% aset ekonomi. Meski begitu, rakyat Soviet merasa dirugikan. Apabila perang dilanjutkan, kemungkinan besar mereka mampu mencengkeram Helsinki dan menguasai seluruh Finlandia. Sebaliknya, rakyat Finlandia sangat menyesalkan Viipuri, Karelia, dan daerah lain yang diserahkan pada Uni Soviet. Mereka merasa masih ada harapan, meski sangat tipis, bagi mereka untuk mengusir tentara Soviet dan mungkin menyerang balik.
Wilayah Finlandia yang diserahkan pada Uni Soviet


2. Perang yang Sesungguhnya

Tentara Jerman berbaris memasuki Polandia, 1 September 1939

     Pasukan Jerman, dengan taktik blitzkrieg (langkah kilat), melaju dengan cepat, menghajar pertahanan Polandia, dan mendekati ibukota Warsawa dalam waktu satu minggu. Dalih Hitler untuk menyerang Polandia adalah untuk merebut kota Danzig yang banyak ras Arya-nya. Tapi dalih itu hanyalah dalih palsu. Polandia melihat dirinya tidak siap akan serangan Jerman ini. Saking putus asanya, Polandia mengerahkan pasukan kavaleri berkudanya untuk melawan tank-tank dan pesawat Jerman, yang kemudian dibantai habis. Belum selesai mengurus Jerman, Polandia dikejutkan dengan serangan Uni Soviet dari timur. Pasukan Soviet menyapu bersih dari timur, sementara Jerman dari barat. Kedua pasukan bertemu di Warsawa dan membuat garis demarkasi. 20 September 1939, seluruh Polandia sudah jatuh ke tangan Jerman dan Uni Soviet, dan para pemimpin negaranya dipaksa menyelamatkan diri ke Rumania.
Jatuhnya ibukota Warsawa, 1939
     Setelah Polandia jatuh, tak ada perang lagi untuk sementara. Secara resmi, Jerman telah berada dalam status perang dengan Inggris, Perancis, Australia, dan Selandia Baru, tetapi kenyataannya tidak ada pertempuran sama sekali. Situasi ini disebut Phoney War (Perang Palsu). Situasi ini dimanfaatkan oleh para seniman untuk menggambarkan era perang. Bahkan ada beberapa yang mengolok-olok Hitler, seperti komedian pantomim Charlie Chaplin. Hitler benci orang itu. Di Polandia, orang-orang Yahudi, termasuk anak-anak, wanita, dan lansia, ditangkapi. Mereka untuk sementara ditampung di Ghetto (tempat terkumuh) Warsawa, sebelum akhirnya dibawa ke kamp tahanan di Auschwitz untuk disiksa. Orang-orang Yahudi yang disiksa dan dibunuh ini disebut korban holocaust, salah satu kejadian paling mengerikan dalam sejarah umat manusia yang akan terus berlanjut hingga kejatuhan Nazi pada 1945. Phoney War oleh para seniman disebut juga sitzkrieg.
Charlie Chaplin
     Phoney War berakhir pada 9 April 1940 ketika sitzkrieg kembali lagi menjadi blitzkrieg. Jerman mengejutkan Sekutu dengan menyerbu negara-negara Eropa Utara, Denmark dan Norwegia. Denmark menyerah dengan cepat, sementara Norwegia mencoba bertahan. Inggris dan Perancis segera datang untuk membantu Norwegia yang semakin terdesak. Tujuan utama Hitler menduduki Skandinavia adalah mengambil alih kendali atas Lautan Atlantik, yang bisa memblokir jalur perdagangan Inggris ke Eropa Utara. Inggris dan Perancis tampak tergesa-gesa menyelamatkan Norwegia, tetapi hasilnya sama saja. Norwegia ambruk beberapa bulan kemudian. Ini telah merubah pandangan Perancis terhadap Jerman. Sebelumnya angkatan perang Perancis cukup percaya diri mengingat negaranya pernah mengalahkan Jerman pada Perang Dunia I, tapi kali ini berbeda. Jerman telah bangkit dengan jumlah rakyat 3 kali lebih besar daripada Perancis.



Serdadu Jerman meremukkan pertahanan Norwegia
     Perancis merasa terancam setelah Norwegia dan Denmark ambruk seketika. Ternyata benar. Hitler telah meminta para jenderalnya untuk menyusun taktik mencaplok Eropa Barat. Hitler memandang Perancis sebagai tempat yang 'pas' sebagai tempat tinggal ras Arya. Hitler tak ingin seperti Uni Soviet yang hanya mendapatkan 11% wilayah Finlandia. Ia ingin Perancis secara utuh, dan kemudian daratan Britania Raya serta Irlandia. Perancis segera membuat pertahanan. Berdasarkan pengalaman pada Perang Dunia I, Perancis mengira Jerman akan menyerbu wilayahnya melalui Belgia. Karena itu Perancis mempersiapkan pasukan yang hebat di perbatasan Belgia. Hanya ada satu jalur lagi yang bisa digunakan Jerman untuk menyerbu Perancis. Melalui sebuah hutan lebat, dataran tak menentu di Ardennes, sebelah selatan Luksemburg. Perancis tak pernah mengira Hitler akan menyerang lewat jalur ini, sebab mereka yakin Hitler bukan orang gila yang mampu berbuat hal semacam itu.
Jerman menembus hutan Ardennes, Luksemburg
     Tetapi mereka salah. Hitler tenyata cukup gila untuk melewati Ardennes. Ia membabat hutan Ardennes dan memaksa tank, kendaraan lapis baja, dan tentaranya untuk menyeberangi hutan tersebut. Sempat terjadi kemacetan saat Hitler menggunakan trik ini. Tetapi hasilnya sama saja. Perancis dikejutkan oleh serangan gila ini. Pada 10 Mei 1940, Perancis dan Inggris dikejutkan oleh serangan mendadak yang tak pernah diperkirakan ini. Dengan cepat pasukan Jerman melindas Luksemburg, sebuah negara kecil yang menurutnya hanyalah menjadi penghalang dirinya untuk menuju Paris. Luksemburg yang sudah dilindas dan sekarat tak bisa berbuat apa-apa selain menyerah hari itu juga, menjadi satu-satunya negara dalam Perang Dunia II yang bisa dilumpuhkan hanya dalam waktu kurang dari 24 jam, dan membiarkan Jerman memasuki Perancis melalui wilayahnya. Pada hari yang sama, pasukan parasut Jerman mendarat di Belanda dan Belgia. Angkatan perang Belanda menyerah pada 15 Mei, beberapa jam setelah pengeboman berat di kota Rotterdam.
Belanda menyerah setelah kota Rotterdam luluh lantak
     Pasukan gabungan Inggris-Perancis sudah berusaha mati-matian, tetapi pasukan Jerman terlalu perkasa dan berhasil mengepung mereka di sebuah tempat bernama Dunkirk, pesisir utara Perancis, pada 26 Mei 1940. Belgia mencoba bertahan hingga titik darah penghabisan, tetapi hasilnya sama saja. Perjuangan mempertahankan tanah air di Belgia terhenti. Belgia telah runtuh pada 28 Mei, ketika raja mengumumkan bahwa angkatan perangnya sudah berada di ambang batas. Selama dua bulan berikutnya, tentara yang terkepung di Dunkirk mulai dievakuasi ke Inggris. Tak ada lagi serangan terhadap Perancis hingga 6 Juni. Perancis kini sendiri. Inggris tak mampu membantu lebih lanjut karena dirinyapun harus mempersiapkan diri akan kemungkinan terburuk. Austria, Belgia, Belanda, dan Luksemburg yang menjadi tameng pembatasnya dengan Jerman telah digilas. Semenanjung Hispanik, yaitu Spanyol dan Portugal, netral, dan tak mungkin ia menaruh harapan pada negara kecil seperti Andorra, Liechtenstein, atau Monako yang lebih memilih netral daripada digilas seperti Benelux. Meski tentara Perancis mampu mematahkan bala bantuan untuk Jerman yang datang dari Italia, tetapi sesungguhnya Jerman tak membutuhkan bantuan dari sekutu lemahnya itu untuk menumpas Perancis.
Serdadu Jerman memasuki Paris selama kejatuhan Perancis, 1940
     Setelah itu, tentara Perancis tak dapat berbuat banyak ketika tentara Jerman menyerbu dengan ganasnya ke negara mereka. Hanya perlu waktu sebelas hari bagi Jerman untuk menundukkan Perancis. Pada 17 Juni 1940, pemimpin Perancis Marsekal Petain menawarkan perundingan dengan Jerman ketika negara itu berhasil menduduki Paris. Perundingan itu ditandatangani pada 22 Juni. Jerman diberikan hak untuk mengendalikan pesisir utara dan perairan Atlantik. Seluruh Perancis takluk pada kekuasaan Jerman. Pemerintahan Perancis yang baru disebut Perancis Vichy, sementara Charles de Gaulle membangun pemerintahan Perancis darurat di London.

Hitler menyempatkan diri berfoto di depan Menara Eiffel setelah tentaranya berhasil menduduki Paris

Next Episode :
World War II in Apocalypse Part II : The End of The Tyrant, History Channel 

Jumat, 25 Maret 2011

Perang Libya, Perang Demokrasi atau Perang Minyak?

Moammar Khadafy, pemimpin Libya yang menggulingkan Raja Idris I pada 1970

     Keadaan yang semakin memanas di Libya kini mulai mengambil alih perhatian dunia. Sejak Zona Larangan Terbang (No Fly Zone) diterapkan di angkasa Libya pada 17 Maret 2011 menyusul kekerasan yang dilakukan pemimpin Libya Moammar Khadafy (68) terhadap kaum oposisi, pihak koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis mulai gencar menjalankan aksi militer dengan sasaran pangkalan udara Libya. Dengan alasan untuk menegakkan Zona Larangan Terbang, angkatan udara koalisi menyerbu Khadafy untuk membela oposisi yang mulai terdesak di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya setelah Tripoli yang dikuasai oposisi.
     Zona Larangan Terbang sudah disepakati oleh semua anggota Dewan Keamanan PBB. Meski 5 dari 15 negara anggota menyatakan abstain, resolusi PBB 1973 itu tetap dijalankan. Kelima negara yang abstain itu adalah Republik Rakyat Cina, Rusia, Jerman, India, dan Brazil. Ini sangat menarik. Sebab Dewan Keamanan sendiri terbagi menjadi dua kubu, yakni kanan dan kiri. Di kubu kanan, ada Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, sementara di kubu kiri ada Rusia dan Republik Rakyat Cina. Pihak kiri, yang diikuti Jerman, India, dan Brazil, merasa krisis politik Libya adalah masalah internal yang harus diselesaikan Libya sendiri, yang apabila diganggu gugat sama saja dengan mencampuri kedaulatan Libya. Tujuh negara lainnya yang menyetujui resolusi adalah Portugal, Bosnia-Herzegovina, Kolombia, Nigeria, Lebanon, Gabon, dan Uni Afrika Selatan.
Kota Benghazi ketika loyalis Khadafy mencoba menggempur pertahanan oposisi di kota tersebut
     Keterlibatan Barat dalam krisis Libya memang memicu banyak pertanyaan. Apakah Amerika Serikat dan sekutunya tak juga bisa belajar dari masa lalu? Tidakkah mereka melihat Irak dan Afganistan? Semua negara yang diserang Amerika Serikat memicu kehancuran negara yang ditargetkan. Mengatasnamakan demokrasi, Presiden George W. Bush memberlakukan Operasi Badai Gurun (Desert Storm) yang menggulingkan rezim Saddam Hussein, yang justru membangkitkan Iran sebagai kekuatan militer terkuat di Timur Tengah yang dicemaskan Barat. Presiden Amerika Serikat Barrack Obama dan Presiden Perancis Nicholas Sarkozy menegaskan bahwa Operasi Fajar Odyssey (Operation Odyssey Dawn, nama operasi di Libya) tidak akan berakhir seperti Irak ataupun Afganistan. Obama menegaskan, angkatan darat tak akan dikerahkan selama keadaan masih terkendali.
Tertangkapnya Saddam Hussein
     Amerika Serikat segera mengerahkan angkatan lautnya menuju Pangkalan I di Reggio, Italia, untuk memastikan keadaan tetap aman. Sebelumnya, dua pilot Libya yang menolak mengebom massa langsung membelot dan meminta perlindungan hukum di Malta. North Atlantic Treaty Organization (NATO) memutuskan embargo senjata pada Libya, dan akan turut serta dalam operasi ini. Perancis menyiagakan angkatan udara di wilayah Selatan, dan Inggris juga melakukan hal yang sama ke Italia. NATO gagal memutuskan apakah akan terlibat langsung atau tidak karena Turki, yang merupakan satu dar 28 anggota NATO, menolak intervensi Barat pada Libya. Pangkalan NATO di Napoli, Italia, disiapkan oleh NATO apabila suatu saat 'tindakan tegas' harus dilakukan. Markas pusat strategis NATO, Supreme Headquarters Allied Power Europe (SHAPE) di Mons, Belgia, akan mengawasi operasi umum. Misi udara diawasi dari Izmir, Turki, tetapi taktis operasional sehari-hari diawasi dari Poggio Renatico, Italia.
Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan
     Apa yang diinginkan Barat di Libya? Kemungkinan besar adalah minyak, sama seperti yang diincarnya sewaktu menyerang Irak. Libya adalah eksportir minyak dunia yang menyumbang 2% dari seluruh minyak impor dunia. Meski hanya 2%, tetapi Libya memiliki keunikan tersendiri. Minyak Libya sangat bersih, murni, dan baik digunakan. Dibandingkan dengan minyak lainnya di Timur Tengah dan Amerika Latin, pasokan minyak Libya banyak diincar negara-negara Barat, seperti Italia, Spanyol, dan Belanda. Minyak inilah yang diincar Barat. Mengapa?
     Krisis Ekonomi Eropa, yang dimulai dari tahun 2008 dan belum berakhir sampai sekarang, adalah masalah utama yang belum dapat diselesaikan oleh Uni Eropa maupun Amerika Serikat. Dimulai dari hancurnya ekonomi Yunani, zona euro mengalami kerentanan ekonomi sejak dana talangan diberikan Brussels pada Athena. Setelah Yunani lumpuh, Irlandia menyusul setelah ekonominya terseok-seok dan harus disuntik dana talangan dari Uni Eropa. Ketika kedua negara belum pulih dari krisis, kehancuran ekonomi mulai merembet ke negara-negara Uni Eropa lainnya. Investor-investor asing yang melihat keadaan, yang cemas pemerintah Eropa tak akan sanggup melunasi lilitan hutang yang meninabobokkan mereka sejak masa Perang Dingin, mulai mencabut investasi mereka dan beralih pada negara-negara berkembang. Republik Rakyat Cina, India, Rusia, Brazil, Arab Saudi, dan negara-negara Asia lainnya. Ini melahirkan Republik Rakyat Cina yang baru, yang menjadi adidaya menyaingi Amerika Serikat yang sedang terpuruk ekonominya menyusul kehancuran Uni Eropa.
Demonstrasi karena jatuhnya ekonomi Yunani, 2011
     Portugal harus megakui bahwa negaranya adalah negara pertama yang menyusul Irlandia. Hutang yang melebihi PDB membuat Uni Eropa cemas, akan tetapi Lisabon tetap tak ingin disamakan dengan Irlandia dan Yunani. Pemangkasan gaji dan penghematan besar-besaran menimbulkan demonstrasi besar-besaran di Lisabon dan Porto. Setelah Portugal oleng, Spanyol dan Italia mulai merasakan hal yang sama. Ekonomi mereka mulai mengalami penurunan yang signifikan. Pemerintah Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom) segera menaikkan harga-harga, termasuk pendidikan, yang memicu banyak penolakan di London. Ekonomi Jerman yang cukup stabil membuat negara tersebut tidak mengalam hal yang sama dengan tetangga-tetangga Eropanya, lebih baik daripada Perancis. Di lain pihak, Belgia dilanda krisis politik akibat pertentangan kaum berbahasa Belanda dan Perancis, yang mengakibatkan negara itu tak memiliki pemerintah setelah Raja meminta reformasi pemerintahan. Keadaan ini membuat Belgia dilanda krisis besar, yang membuat cemas dua sekutu utamanya, Belanda dan Luksemburg yang belum begitu oleng. Eropa Utara juga mengalami hal yang sama, termasuk Denmark yang sebelumnya optimis tak akan terimbas. Krisis ini meninggalkan Polandia, Hungaria, Republik Ceko, Republik Slovakia, Rumania, Bulgaria, dan negara-negara di Eropa Timur  serta negara-negara pecahan Yugoslavia yang tak terlilit hutang berlebihan, meski ekonomi mereka sedikit menurun dari tahun sebelumnya. Namun, tidak sedrastis Eropa Barat dan anggota NATO sejak era Perang Dingin. Amerika Serikat justru kesulitan, hingga Operasi Fajar Odyssey yang menghabiskan dana US$800.000.000 harus ditanggung anak-cucu Amerika Serikat.
Demonstran membakar spanduk di depan kantor Partai Konservatif Inggris. Partai itu membawa Inggris dalam krisis ekonomi 2011 bersama negara-negara Uni Eropa lainnya dan Amerika Serikat
     Inilah yang mendasari serangan tersebut. Jika dilihat negara apa saja yang terlibat, maka pintu kenyataan akan terbuka lebar. Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, adalah dalang utamanya, yang menginginkan stabilitas ekonomi agar Republik Rakyat Cina tak menjadi kekuatan tunggal ekonomi dunia setelah Jepang runtuh akibat tsunami dan krisis nuklir Fukushima Daiichi. Negara lain yang terlibat adalah Spanyol, Kanada, Italia, Yunani, Belgia, Denmark, dan Norwegia. Meski tidak terlibat langsung, tetapi Yunani memberikan pangkalan udaranya untuk Belgia. Semuanya adalah negara yang mengalami krisis berkepanjangan yang tak kunjung reda. Kemungkinan besar mereka akan menyerbu Libya dan berharap ekonomi mereka dapat dipulihkan dari krisis melalui minyak. Jika ada pertanyaan mengapa Portugal, Yunani, dan Irlandia tak turut serta? Irlandia tak memiliki daerah yang strategis sebagai jalur menuju Libya. Perlu dana banyak untuk perang, sehingga pemerintah lebih mengutamakan perbaikan ekonomi daripada Libya. Jika Libya menghasilkan minyak, mereka juga perlu minyak untuk berjuang dalam perang. Dana yang tak memungkinkan membuat negara ini memilih diam, daripada harus melibatkan diri tanpa hasil yang begitu memuaskan.
Sementara Eropa dan AS sedang krisis, RRC yang komunis justru bangkit dan menikmati kekayaan yang melimpah ruah
     Yunani berbeda dengan Irlandia. Wilayahnya cukup strategis untuk transportasi menuju Libya, meski lebih praktis melalui Italia atau Malta. Yunani tidak terlibat secara langsung, sama seperti Irlandia, tetapi tetap saja negara ini turut terlibat dengan memberikan wilayahnya sebagai pangkalan udara Belgia yang turut serta. Diharapkan dengan ini Yunani dapat bangkit lebih cepat, setidaknya lebih cepat dari Irlandia, yang masih terseok-seok karena tak bisa mengambil keuntungan dalam 'perang minyak'. Portugal memang belum terlibat, dan diperkirakan belum akan terlibat. Negara ini menjaga kenetralannya bahkan sejak Perang Dunia II. Tetapi Portugal tak berniat hanya tinggal diam. Banyak yang berpikir, negara ini akan terlibat suatu saat nanti, ketika Libya berhasil 'digulingkan' dan dunia mulai beralih pada Aljazair, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Portugal tak akan tinggal diam begitu Aljazair bergolak, dan akan berusaha meraih keuntungan dari negara itu, setelah melewatkan kesempatan emas ketika Tunisia bergolak dan melengserkan Presiden sekaligus diktator Zine al-Abidine Ben Ali.
Zine al-Abidine Ben Ali, Presiden tersingkir Tunisia
     Ketidakadilan ini dapat dilihat juga dari Bahrain. Mengapa Bahrain tak diberi sanksi padahal sama buruknya? Bahrain adalah sekutu utama Amerika Serikat di Teluk Persia, tempat Pangkalan V Amerika Serikat. Raja Hamad bin Isa Al Khalifa menduduki kekuasaan tahun 1999, dan kaum minoritas Sunni yang dianut raja menjadi penguasa di pemerintah. Begitu Mayoritas Syiah, yaitu 70% warga Bahrain, turun ke jalanan dan meminta keadilan dari sang raja, Arab Saudi dan tetangga-tetangga teluk, kecuali Qatar dan Iran, segera berdatangan. Perjuangan demokrasi di Bahrain tak akan semudah Tunisia dan Mesir, yang menjatuhkan diktator mereka dengan sukses. Pemerintah Bahrain didukung penuh oleh Barat dan Arab Saudi, yang tak akan membiarkan kaum Syiah yang dianut Iran menduduki tampuk kekuasaan. Ketika demonstrasi memarah, Bahrain meminta pertolongan Gulf Cooperation Council (GCC) yang beranggotakan Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, dan Kuwait, untuk mengamankan keadaan. Tentara Arab Saudi dan polisi Uni Emirat Arab langsung berdatangan ke Bahrain untuk membubarkan demonstrasi, yang dikecam oleh Iran dan Lebanon yang mendukung mayoritas Syiah Bahrain. Di antara semua negara Timur Tengah, hanya Suriah, Lebanon, dan Qatar yang merupakan sekutu dan teman dekat Iran.
Lambang GCC
     Apakah ini keadilan Amerika Serikat? Ketika sekutunya, Israel, menyerang warga sipil di Palestina, hanya diam seribu bahasa? Diperkirakan Revolusi Arab juga adalah bentuk pergolakan ciptaan Amerika Serikat dan Israel. Amerika Serikat pernah mengobarkan istilah 'Timur Tengah Baru'. Apakah Timur Tengah baru itu adalah revolusi yang terjadi sekarang ini? Seorang pakar politik Timur Tengah di New York mengatakan bahwa ada fasilitas pengendalian yang berpangkalan di Tel Aviv. Tumbangnya Presiden Tunisia, Zine Al Abidine Ben Ali, yang sudah berkuasa selama 23 tahun, adalah langkah kedua yang diambil Amerika Serikat setelah langkah pertama mereka 'kurang' memuaskan di Irak. Misi pertama mereka adalah menyingkirkan Saddam Hussein yang tak bisa diajak bekerjasama dengan Barat, yang anti-zionisme dan tak bisa dikendalikan. Setelah menjatuhkan Saddam, langkah kedua yang mereka inginkan adalah menguasai Timur Tengah dan minyaknya, serta menjaga agar Israel tetap menjadi negara kuat di kawasan. Ben Ali jatuh setelah konspirasi yang membuat dirinya terpaksa melarikan diri ke Arab Saudi. Namun, langkah ketiga mereka justru menimbulkan kesalahan. Revolusi Melati di Tunisia menimbulkan semangat rakyat Mesir untuk meruntuhkan 'dinasti' otokratik. Ketika Hosni Mubarak, presiden tersingkir Mesir yang berkuasa selama 32 tahun, berada di ujung tanduk, Amerika Serikat dan, terutama, Israel terlihat gugup. Mubarak adalah sekutu utama Israel di kawasan, dan begitu Revolusi Nil melengserkan kekuasaan Mubarak, kini Israel diapit oleh empat musuh yang bisa mengancam kapan saja, yaitu Mesir, Suriah, Lebanon, dan kaum militan Palestina, yang didukung Iran. Tak mustahil Arab Saudi akan berbalik jika Raja Abdullah, yang jadi sekutu Amerika Serikat, tersingkir. Hanya Jordania, tetangga sekaligus sekutu di selatan, yang menjadi tembok pelindung Israel.
Hosni Mubarak, presiden tersingkir Mesir
     Ketika aksi 'tak diinginkan' di Jordania berhasil ditekan dan menyelamatkan pemerintah Jordania yang menjadi sekutu Barat, dan begitu usaha menyelamatkan Mubarak gagal, 'operasi revolusi' mulai ditujukan oleh Moammar Khadafy, penguasa Libya yang sudah memimpin negara itu selama 41 tahun 6 bulan. Khadafy adalah musuh Barat di Afrika Utara, yang keras dan sosialis, yang didukung oleh Republik Rakyat Cina dan negara-negara di Amerika Latin. Khadafy pernah membiayai terorisme pada era 1970'an hingga 1980'an, yang berakhir setelah Amerika Serikat mengebom Tripoli. Khadafy juga terlibat dalam kasus pengeboman Skotlandia. Jatuhnya Khadafy akan membuka 'Timur Tengah Baru'. Setelah Khadafy, kemungkinan besar sasaran berikutnya adalah Suriah, Lebanon, Aljazair, dan, yang terakhir dan akan menjadi yang paling sulit, Iran. Iran adalah musuh Amerika Serikat dan Barat yang bersuara lantang, yang mendukung Khadafy, Syiah Bahrain, dan Hezbollah Lebanon. Berbeda dengan Libya, Iran adalah sekutu utama Rusia dan Republik Rakyat Cina di Timur Tengah. Iran juga didukung oleh Pakistan, Qatar, Lebanon, Suriah, Mesir, Libya, Brazil, India, Pakistan, dan Korea Utara. Segala gangguan dan serangan terhadap Iran akan dianggap isyarat perang oleh Rusia dan Republik Rakyat Cina. Amerika benar-benar harus berhati-hati dalam mengendalikan 'Operation New Middle East'. Apabila salah langkah, justru dirinyalah yang akan dirugikan. Setelah berhasil menyelamatkan sekutunya, yaitu Jordania, Kuwait, dan Arab Saudi serta Bahrain dari demonstrasi, kini Barat terfokus pada Libya dan Khadafy. Tak disangkan, Khadafy kuat dan keras kepala. Akan cukup sulit menjatuhkan Khadafy. Mereka harus berlomba. Apabila Khadafy berhasil merebut Benghazi dari oposisi terlebih dahulu, maka Operasi Timur Tengah Baru bisa terancam gagal. Apabila Tripoli berhasil ditaklukkan oposisi, maka operasi dapat menginspirasi rakyat Arab lainnya, yang dapat menyukseskan Operasi Timur Tengah Baru. Kita lihat saja hasilnya.
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, dengan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, seusai pertemuan di Moskow, Rusia
     Keputusan yang terlalu memihak Israel membuat negara itu tak lagi menjadi penurut dari setiap langkah skenario Amerika Serikat. Penggulingan Irak membuat Iran hadir sebagai kekuatan militer terkuat di Timur Tengah. Penjatuhan Afganistan, yang berakibat fatal pada Pakistan, membuat India keluar tanpa saingan di kawasan. Pengaruh yang tak begitu kuat membuat Amerika Selatan jatuh ke tangan sosialis yang dipimpin Brazil. Perhatian yang kurang pada Eropa Timur membuat Rusia menjadi pemegang kendali atas kawasan tersebut. Sekarang, Republik Rakyat Cina menjadi tantangan terbesar Amerika Serikat.
Presiden Republik Rakyat Cina, Hu Jintao. Republik Rakyat Cina menjadi kekuatan baru yang menyaingi Amerika Serikat

     Bagaimana hasil dari Perang Libya? Jika memang minyak yang diinginkan Barat, maka semua percuma. Khadafy sudah bersumpah, Barat tak akan mendapatkan minyak Libya karena akan dibumihanguskan.

Presiden Iran bersama dengan para pemimpin negara-negara sekutunya, Rusia, Republik Rakyat Cina, India, dan Brazil