Jumat, 19 Agustus 2011

Social Science Isn't Under Science!

     Bagi kalian yang masih bingung seputar penjurusan di SMA, jangan takut! Jangan beri pertanyaan 'bagaimana kalau aku ditaruh di IPS' atau 'bagaimana kalau aku tidak di IPA'? Itu hanya pertanyaan-pertanyaan tolol seputar pemikiran konservatif yang seharusnya sudah sejak dulu dihapuskan. Tidak ada diskriminasi jurusan. Tidak ada yang namanya 'A' lebih baik daripada 'S' ataupun 'B'. Semua sama. Dan bagi kalian-kalian yang merasa di atas angin karena berada di IPA, jangan lama-lama. Anak IPS belum tentu di bawah kalian.
     
     Mengapa IPA lebih dijagokan?
     Sebab dulu dunia sedang berada pada masa transisi, di mana kita harus mengejar teknologi yang dapat diperoleh dari Sumber Daya Manusia yang bermutu, dan utamanya mereka berada di IPA. Terlebih, dokter-dokter sangat terbatas pada masa Orde Lama dan Baru di Indonesia. Namun, itu DULU. Dunia sekarang sudah berubah dan kita memerlukan perubahan yang jauh lebih maju daripada sebelumnya. Kita tahu, dunia sedang krisis. Bukan krisis penyakit, bukan krisis nuklir, bukan krisis teknologi. Dunia sedang dilanda krisis ekonomi, dan oleh sebab itu dunia lebih memerlukan ekonom-ekonom kelas atas agar bisa menyelamatkan diri dari krisis tersebut.
     Tidak ada lagi istilah anak IPS selalu dianaknomorduakan. Justru pelajaran IPS-lah yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan paling banyak menjamin kehidupan. Saat kita bertransaksi, kita menggunakan asas ekonomi. Begitu juga ketajaman dalam investasi dan penanaman modal. Itu semua bagian dari pelajaran Akuntansi, akuntansi adalah bagian ekonomi, dan ekonomi adalah IPS. Sementara di IPA, apakah mungkin kita menghitung elektron-elektron atom pada saat kita bekerja di Bank? Atau pemerintah? Atau bahkan dokter? Tidak! Itu hanya untuk orang-orang teknisi yang berjurus pada satu saja.
     IPA diunggulkan karena bisa menyeberang ke IPS saat kuliah, sementara IPS tidak diizinkan. Coba kalau anak IPA tidak boleh diseberangkan ke IPS. Wah, pasti kalang kabut. Banyak yang minta ke IPS karena ekonomi adalah senjata utama yang tak bisa ditolerir. Kita tak bisa hidup tanpa ekonomi, kau tahu?
     Kita belajar adalah untuk belajar, tidak untuk mencari ketenaran atau kegengsian. Kalau ingin gengsi, mengapa tidak pergi ke sekolah-sekolah mahal bin mewah yang ada di ibukota? Jadi bagi kalian yang terletak di IPS, jangan patah semangat! Ini bukan segalanya. Buktikan bahwa anak IPS bisa maju! IPA bukan kompeni, dan IPS bukan koloni. Toh banyak studi IPS yang keren dan sangat penting untuk kehidupan. Macam akuntansi, perpajakan, bea cukai, hubungan luar negeri, hukum luar negeri, dan manajemen. Itu semua cabang dari ekonomi. Jadi kalian anak-anak IPS, kalau merasa tidak kalah dengan IPA, belajarlah! Buat nanti (saat masuk kuliah) kita anak-anak IPS bisa memblokir jurusan IPS. Buat anak-anak IPA tak bisa masuk dan akhirnya tersendat-sendat sendiri. Buktikan IPS BUKAN ANAK NOMOR DUA! Sebab jika jurusan IPS di universitas-universitas sudah diisi anak-anak IPS, anak-anak IPA akan kehilangan arah. Mustahil semuanya masuk ke kedokteran atau teknik. Pasti ada yang menyelinap ke IPS. Tapi buktikanlah : apa skill mereka? Apa mereka akan menggunakan proton atau retikulum endoplasma bodoh yang mereka pelajari sebagai jaminan meminjam kredit??? Apa mereka tahu debet? Aktiva? Pasiva? Makroekonomi? mikroekonomi? Ah, saya lupa. Mereka kan belajar mikrometer sekrup dan mikroba, ya?
     Untuk anak-anak IPA, mohon jangan tersinggung. Ini untuk memberi motivasi pada kami penganut IPS. Inid emokrasi, tak ada larangan berpendapat dan memberi dorongan serta motivasi atau sugesti. Jika kalian mendiskriminasikan orang-orang yang berpendapat pada publik, maka katakanlah pada diri kalian : Apa itu arti demokrasi?

4 komentar:

  1. Percuma jika jadi ekonom-ekonom hebat tapi nanti malah korupsi, menjajakan uang bukan haknya, menindas rakyat yang lemah. Kebanyakan dari koruptor di Indonesia, dan hampir semuanya adalah lulusan IPS, karena mereka selalu berfikir tentang keuntungan dan keuntungan. Coba kalau mereka berfikir realistis tentang kehidupan di masa yang akan datang, tentu mereka tidak berani untuk korupsi. Siapa bilang jurusan IPA tidak menjanjikan untuk kehidupan. Banyak jurusan IPA yang cukup menjanjikan seperti dokter, astronot, dll. Orang-orang terkaya sedunia merupakan orang IPA. Dan kukasih tahu saja ya, teknologi di zaman ini berkat pemikiran-pemikiran dari orang IPA. Mulai dari HP, Laptop, BB, I-pod, I-pad, mobil, motor, pesawat, kereta, jet, nuklir, dll itu merupakan buah karya orang IPA dan disempurnakan oleh orang IPA pula. So, apa yang diciptakan oleh orang IPS??? Sebuah penemuan besarkah??

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas komentarnya. Saya akan menjawab.

    Begini, jika Anda berpikir 'hampir semua koruptor adalah lulusan IPS', mungkin itu seperti tuduhan personal yang tidak berdasar. Apakah Anda mengikuti tata pembelajaran mereka? Apa Anda paham maksud saya?

    Para penemu modern seperti jet, nuklir, komputer, dll, itu adalah hasil dari TENAGA AHLI dan mereka adalah ORANG LUAR NEGERI, BUKAN INDONESIA. Apa bedanya? Begini, di negara-negara maju, bahkan berkembang tingkat atas sekalipun, pembelajaran sudah tidak seperti di Indonesia lagi. Mereka tidak kenal yang namanya 'jurusan IPA' atau 'jurusan IPS' atau 'jurusan Bahasa'. Mereka mengambil mata pelajaran yang mereka sukai secara bebas, dan itulah inti permasalahannya. Akhirnya mereka mengambil pelajaran sesuai bidang dan lahirlah orang-orang hebat.
    Lagipula, Anda kok tidak relevan ya? Anda bilang koruptor di Indonesia, tapi ketika Anda menyebutkan penemu, itu penemu dari mana??? Luar, bukan? Sementara sistem pendidikan luar negeri tidak sama dengan Indonesia. Jadi Anda yang malah menyasar dan mencari hal-hal tak masuk akal sebagai pelindung. If We talk about Indonesia, stay in it. Don't go anywhere!

    Apa Anda pikir penemu BB dari IPA? Yang mempelajari elektron-elektron tak terlihat atau sitoplasma atau vektor? Jika ya, Anda salah besar. Mereka mengambil tehnik, dan tehnik adalah ICT. ICT sudah menjadi mata pelajaran independen yang lepas dari IPA, jadi IPA sudah tidak mendominasi lagi.

    Anda sangat naif jika menganggap anak IPS itu korup, selalu mencari keuntungan lebih. Apa itu benar? Saya pikir anak2 pintar lebih memilih ke IPA. Yang memproduksi orang-orang cerdas tapi 'beberapa' tak berakhlak (saya tidak akan menyebutkan 'hampir semuanya anak IPA' karena saya tidak egois seperti Anda). Kalau masalah korup atau tidak, itu tergantung nantinya. Itu tergantung pribadi masing2. Apa hak Anda bicara seenaknya kalau HAMPIR SEMUA ANAK IPS ADALAH KORUPTOR? Siapa Anda? Tuhan? Atau utusan Yang Maha Kuasa? Mengatakan anak-anak IPS adalah korup sama saja dengan mengolok. Apa perasaan Anda jika saya bilang 'IPA itu menyesatkan! Lihat bagaimana para ilmuwan menanggalkan keagamaan mereka karena percaya akan sains? Bagaimana Einstein melepas agama Yahudi-nya? Bagaimana Fleming menjadi atheis? Bukankah itu artinya 'IPA membuat manusia jadi linglung'? Hilang arah dan asa? Hilang tuntunan Tuhannya? Tapi tenang, saya ini moderat. Saya tidak akan menggunakan kata-kata sarkastis plus frontalis yang Anda gunakan. Saya hanya memilih satu dan meninggalkan lainnya.

    Dan sebagai tambahan, ini MOTIVATOR. Mengapa saya buat seperti ini? Sebab IPA sudah terlalu melekat dalam pikiran orang tua-orang tua siswa. kau tahu? Banyak anak yang ketika kelas X bingung akan ambil jurusan mana. Mereka merasa tidak cocok di IPA, tapi justru itulah ''kelas favorit'' yang ada. Mereka dilema, dan oleh sebab itulah motivasi perlu diberikan. Dan jika Anda marah, tersinggung, atau bagaimana (merasa tak terima ketika seseorang menggunakan hak speech-nya), maka Anda adalah bibit-bibit otoriter yang harus mendapat perhatian lebih.

    Jadi demikian, saudara. Penemuan besar yang dilakukan para penemu bukanlah karena mereka menuntut pelajaran di IPA. Mungkin saja Einstein kuat di fisika, tapi apa dia pintar biologi? Tidak! Sebab saat sekolah, dia mengambil jurusan tehnik fisika. Di sana tidak ada yang namanya jurusan IPA. IPA sudah dipecah belah. IPS juga sama. Jadi, sistem pendidikannya berbeda. Di Indonesia, belum tentu anak IPS lebih rendah seperti yang selama ini terbayangkan. Dan belum tentu pula anak IPS itu korup. Masalah korup tidaknya seseorang itu dinilai dari diri dan kepribadian. Apakah Anda berani menjamin anak IPA (yang lalu menyeberang ke jurusan ekonomi saat kuliah) nantinya tidak akan korupsi? Tidak, kan? Sifat korup itu relatif, TIDAK ABSOLUT.

    terima kasih.

    BalasHapus
  3. Very Good article! Sudah lama saya mencari artikel atau lontaran pemikiran mengenai diskursus atau tepatnya diskriminasi yang menyakitkan yang dialami oleh para siswa jurusan ilmu sosial. Selama ini, para siswa jurusan ilmu soaial selalu ditempatkan sebagai warga sekolah kelas dua atau tiga. Selama ini, apabila para siswa pintar ingin memilih jurusan ilmu sosial karena memang menyenangi ilmu ekonomi, komunikasi massa, administrasi negara, hukum, dan lain sebagainya, kerap kali mereka dihalang-halangi. Bahkan, halangan itu datang dari pihak orang tua atau bahkan guru yang seharusnya mendukung mereka.

    Selama ini, para siswa ilmu sosial selalu dibentuk dari kumpulan para siswa frustasi yang tidak diterima di jurusan ilmu alam. Kriteria untuk memasuki jurusan ilmu sosial juga dibuat demikian rendahnya. Sementara, ruang yang lebih besar senantiasa disediakan bagi para siswa jurusan ilmu alam. Bahkan, saya pernah mengetahui kenyataan bahwa para siswa jurusan ilmu alam diperkenankan mengikuti seleksi Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK)untuk program studi ilmu sosial di perguruan tinggi. Padahal, dasar yang dijadikan kriteria adalah nilai raport dan pada saat mereka duduk di kelas XI dan XII mereka sudah tidak menerima mata pelajaran yang menjadi dasar bagi program studi itu. Sedangkan, para siswa ilmu sosial tidak diperkenankan mengikuti program seleksi itu di perguruan tinggi yang memiliki program studi manajemen sumber daya perairan, sosial ekonomi pertanian, sosial ekonomi kehutanan, perencanaan kota, dan program studi lainnya yang sebenarnya memiliki titik singgung dengan ilmu sosial.

    Memang, saya pernah mengikuti diskusi bertema diskriminasi jurusan ini di situs KasKus. Tetapi, saya tidak menemukan kepuasan karena diskusi terjadi dengan tidak santun dan kasar sekali. Saya sendiri juga pernah menulis secara panjang lebar masalah ini dalam dunia maya bertajuk "Be Proud to be Social Sciences Students!" Jika Anda mau, simaklah tulisan saya ini. Teruslah berjuang untuk menegakkan kehormatan ilmu dan jurusan sosial. Good thought and keep on fighting!
    Muly De La Vega

    BalasHapus
  4. Yakinlah semua orang(Ipa atau Ips) bisa dengan mudah mempelajari ilmu sosial karna memang kodratnya manusia itu mahluk sosial,tapi apakah semua orang bisa dengan mudahnya Belajar ilmu alam,saya suka hitung-hitung dan suka sains dan saya sangat sangat sangat sangat sangat benci pelajaran yg ada di Ips,terutama politik dan sosiologi(udah tau manusia mahluk sosial koq masih dibahas ya?)

    Beda sama Odol,Mobil,handphone dll,yg klo kita belum belajar pasti belum bisa membuatnya

    So intinya "I love scientist and I very very very hate Sosial study

    BalasHapus