Minggu, 27 Maret 2011

World War II in Apocalypse Part II : The End of The Tyrant, History Channel

     Sejak Juni 1940, Inggris harus bertahan sendiri menghadapi keperkasaan angkatan perang Jerman. Inggris menyaksikan sendiri bagaimana angkatan bersenjata Jerman yang perkasa mencaplok Austria, merobohkan Cekoslovakia, kemudian menghancurkan Polandia, meruntuhkan Denmark dan Norwegia, melindas Belanda, Belgia, dan Luksemburg, serta bagaimana cara Jerman memberangus sekutunya, Perancis. Ditambah lagi, pada 10 Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Inggris dan Perancis. Ini bukan masalah besar. Hanya tinggal menunggu waktu hingga Italia runtuh dengan sendirinya. Pada 5 Juli, pemerintah Perancis Vichy memutuskan hubungan diplomatik dengan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom). Masalah besarnya adalah, bagaimana kalau Jerman sampai berpikir untuk menyerang Kepulauan Inggris. Hanya Selat Inggris yang memisahkan Inggris dengan Eropa Daratan yang hampir seluruhnya dikendalikan Nazi Jerman yang tengah menjalankan holocaust. Inggris sendiri. Amerika Serikat dan Uni Soviet masih belum terlibat. Australia, Selandia Baru, dan India yang menjadi sekutu Inggris masih sibuk menghadapi ekspansi Jepang. Irlandia yang masih meributkan sengketa wilayah di Irlandia Utara tak akan sudi membantu, dan Semenanjung Hispanik telah netral.

Luftwaffe dalam Battle of Britain, 7 September 1940
     Pada 10 Juli 1940, ketakutan Inggris terbukti. Jerman dengan angkatan lautnya mencoba menyeberangi Selat Inggris. Usaha Jerman ini selalu gagal karena angkatan laut Inggris terlalu kuat. Meskipun Jerman mengerahkan hampir semua kapal selamnya, namun semua percuma. Inggris menyadari kapal-kapal perang yang ia buat bersama Perancis, yang kini telah takluk, akan menjadi ancaman pada dirinya. Sebab kapal perang itu kini ada di tangan Perancis, tepatnya di salah satu tanah jajahan Perancis yaitu di Algiers, Aljazair. Sebelum Jerman menyadari keberadaan kapal tersebut, dan sebelum pemerintah Perancis Vichy benar-benar berkhianat, Inggris bersama Royal Air Force (RAF), angkatan udara Kerajaan Inggris, menyerbu pangkalan angkatan laut kolonial Perancis di Algiers, Aljazair. Serangan tersebut sukses menenggelamkan seluruh kapal yang dianggap berbahaya bagi Inggris, menggambarkan bagaimana suksesnya, dan betapa kejamnya, Inggris membantai mantan sekutunya itu. Perancis Vichy merencanakan untuk bergabung bersama Jerman untuk mencaplok Inggris, tetapi Petain menolak. Ia bilang, "Sudah cukup satu kekalahan dan tak akan ada lagi hal serupa."
Charles de Gaulle, pahlawan Perancis
     Keinginan untuk menjajah Inggris ditunda oleh Hitler. Ia merasa Inggris akan jatuh dengan sendirinya jika ia berhasil membombardir daratannya. Dengan angkatan udara yang kuat, Luftwaffe, Jerman memulai aksinya mengebom kota-kota penting di Inggris, yaitu London, Portsmouth, dan kota-kota lainnya. Inggris menderita kehancuran besar, tetapi berani membalas dengan membombardir Bremen dan Dresden. RAF adalah rival abadi Luftwaffe yang mau tak mau harus mengakui bahwa mereka imbang. Pertempuran di Selat dan daratan Inggris ini disebut Battle of Britain (Pertempuran Britania). Blitzkrieg di daratan Inggris berlangsung pada 7 September 1940 dan menghancurkan sebagian besar London, termasuk daerah East End. Kehancuran juga terjadi di Glasgow, Coventry, dan Portsmouth.
London 1940, kerusakan akibat pengeboman oleh Luftwaffe
   

      Sehari sebelum Battle of Britain, Italia yang masih menjajah Libya mencoba menginvasi Mesir yang dikuasai Inggris. Melalui pesisir utara, tentara Italia menyeberangi perbatasan dan mulai mengadakan penyerangan menuju Kairo. Tujuannya adalah mengambil alih Terusan Suez yang vital, yang bisa melumpuhkan ekonomi Inggris. Namun Italia justru mengalami kemalangan. Pasukan Inggris, yang dibantu tentara pelarian Perancis di bawah pemerintahan darurat di London, menyerang balik dan Italia terpukul kembali ke Libya. Invasi Italia atas Mesir gagal pada 16 September 1940. Di saat bersamaa, Inggris dan Perancis berhasil mengambil sebagian wilayah utara Libya dan Italia mulai terdesak mundur. Ini adalah kekalahan Italia yang pertama setelah sebelumnya berhasil menang atas Abessynia dan Albania. Italia segera membuat Front Sidi Barrani Timur yang diharapkan mampu membendung kekuatan Inggris di Libya. Tapi ini tak berfungsi sama sekali.
Tentara Italia memasuki Mesir pada 1940
     Melihat kesuksesan Jerman, Italia jadi semakin termotivasi dan tak pantang menyerah meski mengalami kekalahan di Afrika Utara. Dengan semangat membara, Mussolini memutuskan untuk menyerbu Semenanjung Balkan lebih dalam, yaitu dua negara besar, Yugoslavia dan Yunani. Italia menyerbu masuk ke dalam Yunani pada 28 Oktober 1940. Meski begitu, tentara Italia harus menerima bahwa dirinya dihabisi oleh pasukan gabungan Yunani dan Yugoslavia yang disokong Inggris. Italia bahkan lari terbirit-birit kembali ke Albania karena dikejar-kejar calon mangsanya sendiri. Pasukan Yunani, Yugoslavia, dan Inggris bahkan bisa menyerang balik dan mendesak pertahanan Italia di Albania. Italia benar-benar gagal dalam menginvasi seluruh Balkan pada Maret 1941. Melihat sekutunya dipermalukan, Jerman mengirim bala bantuan yang langsung mendapat kemenangan kembali atas Albania.
Bendera Swastika Nazi dikibarkan di Athena setelah jatuhnya Yunani
     Di Afrika Utara, perang terus berlanjut antara Italia yang lemah melawan Inggris, Perancis, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan, kemudian, Amerika Serikat sejak Desember 1941. Pasukan Sekutu menyerang dari timur, merebut Tobruk pada 22 Januari setelah sebelumnya berhasil mengambil Bardia. Pada 6 Februari, kota Benghazi direbut oleh Sekutu dan Italia mulai kewalahan menghadapi pemberontakan rakyat Libya yang mulai merasa kolonial Italia sudah semakin lemah. Tripoli yang dijadikan ibukota kolonialpun mengalami kerusuhan. Melihat ini, Jerman segera datang membantu di bawah komando Jenderal Erwin Rommel yang dijuluki 'serigala padang pasir'.
Jenderal Erwin Rommel
          Setelah menduduki Albania kembali dengan sukses, Jerman dan Italia berencana mendapatkan Yugoslavia, negara terbesar di Semenanjung Balkan. Invasi atas Yugoslavia diberi nama Operasi 25 (Operation 25), yang dimulai pada 6 April 1941. Bersamaan dengan itu, Operasi Marita (Operation Marita) juga dilancarkan, yaitu serangan Jerman terhadap Yunani. Yugoslavia jatuh pada 17 April 1941 dan Yunani menyusul sepuluh hari setelahnya. Dengan dikalahkannya Yugoslavia, Jerman dan Italia memecah-mecah negara tersebut menjadi tiga, yaitu negara independen Kroasia, negara boneka Serbia yang dikendalikan Jerman, dan Montenegro yang menjadi negara protektorat Italia. Di Yunani, bendera swastika Nazi mulai berkibar sejak Athena dirampas pada 27 April 1941. Tentara Inggris yang beroperasi di Yunani mencoba melarikan diri ke Pulau Kreta. Melalui Operasi Merkur (Operation Merkur), pasukan Jerman membersihkan Pulau Kreta dari sisa-sisa tentara Inggris dan memaksanya menyelamatkan diri ke Pulau Malta di Laut Mediterania.  Turki, bekas sekutu Jerman dalam Perang Dunia I yang juga memiliki wilayah kecil di Semenanjung Balkan, segera mengerahkan pasukannya agar Jerman dan Italia tidak bergerak lebih jauh menuju Istanbul. Operasi Merkur dijalankan begitu Hitler menghentikan Battle of Britain pada Mei 1941 ketika Jerman merasa perang tersebut tak menghasilkan apa-apa. Tapi Inggris diuntungkan berkat keputusan Hitler itu. RAF, meski kuat, tetapi benar-benar sudah habis-habisan saat itu. Jika seandainya Jerman bersabar sedikit saja dan meneruskan perang, maka tak akan ada lagi masa depan bagi Kerajaan Inggris.
       Pada Juni 1941, Angkatan Darat Australia dan Sekutu menginvasi Suriah dan Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni 1941. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi. Pemberontakan didukung oleh Mufti Besar Jerusalem, Haji Amin al-Husseini. Karena garis belakangnya terancam, Inggris mengirimkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Haji Amin al-Husseini melarikan diri ke Iran. Tetapi kemudian pasukan Inggris yang dibantu Uni Soviet menyerbu Iran dan menggulingkan rezim shah Iran yang pro-Nazi. kedua tokoh itu kemudian menyelamatkan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka lalu bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan Yahudi.
Husseini terlihat akrab dengan serdadu Jerman

Sipil yang dieksekusi di Pulau Kreta selama Operasi Markur
      Uni Soviet sudah tak ingin lagi terlibat lebih jauh dalam perang. Setelah puas melumat Finlandia, Stalin kini bisa duduk-duduk dengan santai di kursi kekuasaannya. Ia masih saja bermimpi membagi Eropa bersama Jerman, tetapi mimpinya itu pupus di tengah jalan ketika Operasi Barbarossa dimulai pada 22 Juni 1941, tiga minggu setelah Operasi Markur berakhir. Tetapi pada kenyataannya, kedua belah pihak sama sekali tak berniat memenuhi pakta yang telah mereka tanda tangani pra-jatuhnya Polandia. Hitler hanya ingin Stalin diam sementara ia menggilas Eropa Barat, dan sebaliknya Stalin ingin Hitler bungkam sementara ia membangun tentara untuk mempertahankan wilayahnya yang paling barat, yakni Polandia bagian timur dan Ukraina. Stalin tahu cepat atau lambat Hitler akan tergoda untuk menyerang Uni Soviet yang begitu luas, yang dianggap tambang emas sebenarnya oleh Nazi Jerman. Tetapi ia tak mengira Hitler akan sudi terlibat dalam banyak pertempuran dalam waktu yang relatif dekat.
Tentara Jerman memasuki Uni Soviet pada 1940

      Akibat  kelalaian Stalin yang belum juga menempatkan pasukan di perbatasan barat, lebih dari 3 juta serdadu Jerman menyeberangi perbatasan menuju wilayah Uni Soviet. Serangan tersebut hanya mengalami sedikit perlawanan. Hitler bahkan berhasil menduduki Ukraina dan merebut Kiev. Banyak warga Ukraina yang menuntut kemerdekaan dari Uni Soviet, sehingga banyak yang membangkang dan bergabung dengan Jerman. Sasaran utama Hitler ada dua, menguasai kota Leningrad dan Moskow. Taktik Blitzkrieg digunakan lagi dalam pertempuran ini dengan harapan mampu meraih kemenangan gemilang seperti yang sudah-sudah. Tetapi kali ini berbeda. Jerman semakin terdesak ketika mencoba memasuki Uni Soviet lebih dalam. Perlawanan besar terjadi beberapa mil di luar pintu gerbang ibukota Moskow. Pasukan Soviet yang kuat, yang sukses mengalahkan Finlandia, kini berhadapan dengan pasukan negara yang telah menaklukkan Eropa Barat. Pertempuran habis-habisan akan dimulai, yang menjadi pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah.
Tentara Jerman amat akrab dengan wanita Ukraina di Kiev
      Di Asia, Jepang berhasil menguasai sejumlah negara-negara di Kepulauan Pasifik. Hanya ada tiga musuh besar bagi Jepang, yakni Australia, India yang dikendalikan Inggris, dan Selandia Baru. Pada 16 September 1940, RUU yang diajukan Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt tentang mobilisasi pasukan disetujui, dan ini membuat Jepang merasa terancam. Hanya ada dua pilihan bagi Jepang, menyerang terlebih dahulu dan menang atau menunggu hingga Amerika Serikat datang dan menentangnya. Maka pada 7 Desember 1941, pangkalan militer Amerika Serikat di Hawaii, Pearl Harbor, dibombardir dan menenggelamkan empat ratus kapal Amerika Serikat. Anehnya, kapal-kapal penting dan kuat tidak ada di sana. Yang ada hanyalah kapal-kapal tua yang lemah, yang mungkin bisa tenggelam kapan saja tanpa diserang. 2403 orang meninggal termasuk 68 warga sipil. Mereka seperti korban yang sudah disiapkan Roosevelt agar memiliki alasan untuk ikut dalam pertempuran. Maka sehari setelahnya, Amerika Serikat dan Inggris menyatakan perang terhadap Jepang.
USS Arizona tenggelam pada serangan di Pearl Harbor

      Sehari setelah menyerang Pearl Harbor, Jepang segera menyerbu Filipina yang juga dikuasai Amerika Serikat. Serangan bom menjadi awal penyerangan, dan berubah menjadi serangan darat dua minggu kemudian. Pasukan Amerika Serikat dan Filipina mencoba mempertahankan wilayah, tetapi Jepang lebih kuat. Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas McArthur tergusur. Langkah Jepang sangat gemilang, yang dapat disamakan dengan blitzkrieg Jerman.
      Jerman melihat Jepang sebagai sebuah kekuatan besar di Asia yang dapat diandalkan. Angkatan perang Jepang berhasil dengan sukses menghajar pertahanan negara-negara kolonial Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik. Hitler mencoba merangkul Jepang, dengan harapan dengan itu Jepang akan sudi membantunya dengan menyerang Uni Soviet dari timur, hal yang sebelumnya tak pernah dilakukan Tokyo. Hitler menggambarkan keinginannya bersekutu dengan Jepang melalui pernyataan perang dengan Amerika Serikat, hal yang ditentang banyak anggota Nazi. Para jenderal memohon agar Hitler tidak melakukan hal tersebut. Mereka tak ingin berhadapan dengan dua legenda sekaligus, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pertempuran front timur sudah melelahkan, dan menambah-nambah front hanya akan mengukir nisan Nazi saja. Akan tetapi Hitler ingin jadi orang yang memutuskan. Akhirnya pada 11 September 1941, Jerman  dan Italia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dalam waktu hampir bersamaan.
      Afrika Utara menjadi medan pertempuran yang panas. Jerman dan Italia berhasil mengembalikan wilayah yang semula direbut oleh Sekutu. Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Sahara Barat yang menrupakan jajahan Perancis yang sudah runtuh, otomatis telah berada di bawah kontrol Jerman. Dengan bala bantuan dari Jerman, Poros berhasil memasuki Mesir dan membuat Sekutu terdesak. Jepang di Asia berhasil merebut pulau-pulau Pasifik seperti Pulau Guam dan Wake yang dikuasai Amerika Serikat. Pada Maret 1941, ketika pertempuran di Rusia dan Afrika Utara semakin memanas, Jepang menyerbu Birma dan menguasainya. Jepang kemudian mulai terfokus pada Port Moresby di Papua Nugini, yang menjadi koloni Inggris. Sekali lagi, Poros di Afrika Utara terjepit karena Hitler tengah terfokus pada Uni Soviet dan tidak terlalu memperhatikan pertahanan di Afrika.
Kapal Italia yang berpatroli di Laut Mediterania
      Jerman menyerah keamanan Laut Mediterania pada angkatan laut Italia yang berjaga-jaga sepanjang perairan, dari Perancis hingga Tripoli, Libya. Italia berjaga-jaga dengan jumlah pasukan yang banyak, yang diyakini Mussolini tak akan berhasil ditembus Sekutu dengan usaha sekeras apapun. Tetapi kenyataannya lain. Kesalahan justru terjadi akibat kelengahan tentaranya. Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerbu Laut Mediterania dan menenggelamkan sebagian besar kapal-kapal Italia yang berpatroli di lautan. Serangan ini tak mampu ditahan Italia karena tidak siaga. Meski mendapat teguran dari Hitler dan Mussolini, Italia memang tak bisa diandalkan sejak awal. Kemudian tak lama setelah itu gabungan angkatan udara Amerika Serikat dan Inggris menyerang angkatan laut Italia lagi, dan sekali lagi, angkatan laut Italia dapat dilumpuhkan secara total akibat ketidaksiagaan pasukannya. Dalam keadaan putus asa dan semakin terdesak, Rommel meminta pengunduran dirinya pada Hitler, tetapi ditolak. Ia dipaksa melanjutkan pertempuran bahkan hingga sebagian besar angkatan perang Italia telah lumpuh dan bantuan logistik telah diblokir karena Laut Mediterania telah berhasil direbut Sekutu. Hitler lebih fokus pada Uni Soviet yang bertempur habis-habisan dengan persenjataan yang lebih hebat.
     Di tahun yang sama, Jepang menyerbu Hongkong, koloni utama Inggris di Cina. Pasukan Inggris mencoba mempertahankan Pulau Hongkong, tetapi hasilnya sama saja. Pada 25 Desember 1941, bertepatan dengan hari Natal, seluruh Hongkong sudah jatuh ke tangan Jepang. Hari Natal yang seharusnya disambut dengan bahagia justru menjadi duka di pihak Inggris. Poros di Afrika Utara semakin babak belur. Kota Benghazi di Libya berhasil dikuasai oleh Inggris, dan Ajdabiya juga jatuh sehari setelahnya. Rommel mendapat pukulan hebat ketika harus menelan kekalahan di front El Agheila, Libya.
Tentara Kanada datang membantu Inggris dalam perang di Hongkong
      Pada 1 Januari 1942, bertepatan dengan tahun baru Masehi, Deklarasi Persatuan Bangsa-Bangsa ditandatangani oleh 26 negara. Sembilan belas hari kemudian, Konferensi Wannsee diadakan Nazi untuk membahas 'Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi'. Berdasarkan hasil konferensi itu, jutaan orang Yahudi mulai dieksekusi di kamp-kamp tahanan, holocaust sudah semakin merajalela di seluruh Jerman. Salah satu korban holocaust paling terkenal adalah Anne Frank, seorang Yahudi Belanda yang kemudian menulis buku harian pengalamannya selama di kamp. Bahkan satu hal yang nyaris dilakukan Hitler. Ia hampir mengubah nama Berlin menjadi Germania.
Anne Frank, korban holocaust

      Rommel tetap bertahan setelah permintaan mundurnya ditolak Hitler. Dengan sukses ia mendapatkan kembali Ajdabiya pada 23 Januari dan Benghazi enam hari kemudian. Pasukan Jerman di tanah Rusia semakin terdesak. Jerman, yang berperan sebagai pasukan garis depan, mengandalkan Italia, Rumania, Hungaria, dan Bulgaria sebagai pasukan garis belakang. Tapi itulah kesalahan paling fatal Hitler. Tanpa disadari, pasukan garis belakang yang dipimpin Italia mengalami kehancuran setelah diserang mendadak oleh Tentara Merah Soviet. Jerman mendapati dirinya terjebak tanpa perlindungan belakang, dan mereka tidak siap menghadapi musim dingin Rusia yang kejam. Pada Februari 1942, segelintir pasukan Jepang berhasil meluluhlantakkan pasukan Inggris yang berjumlah jauh lebih banyak di Singapura. Pulau Singapura dan sekitarnya jatuh ke tangan Jepang pada hari itu juga, yang menjadi kekalahan paling memalukan dalam sejarah angkatan bersenjata Inggris. Pada bulan dan tahun yang sama, Jepang mulai mengincar Semenanjung Malaya. Angkatan udara Jepang membombardir Kuala Lumpur, Malaysia, yang dikendalikan Inggris. Pasukan Inggris segera mempertahankan Brunei Darussalam, yang merrupakan tambang minyak incaran Jepang.
Kuala Lumpur, Februari 1942

      1 Maret 1942, Jawa yang dikendalikan Belanda menyerah tanpa syarat setelah Jepang mendarat di Tarakan dan mulai mengancam akan mengebom Bandung. Seluruh wilayah Hindia Belanda (sekarang menjadi Indonesia) telah jatuh ke tangan Jepang. Sekitar 100 ribu tentara Belanda, Australia, Amerika Serikat, dan Inggris ditawan di Indonesia. Setelah menguasai hampir sebagian Asia Tenggara, Jepang kembali fokus pada Filipina yang menyerah pada 9 April 1942 di Tanjung Bataan, dan kemudian seluruh Filipina jatuh pada kendali Jepang pada 6 Mei di Pulau Corregidor. Jenderal Douglas McArthur yang dievakuasi ke Australia berkata "Aku akan kembali" sebelum ia dibawa ke Australia.
Jenderal Douglas McArthur

       Meski Jerman menggunakan serangan yang menyasar ke sipil, sebenarnya Amerika Serikat dan Inggrislah yang memulainya. Kedua negara memasuki Jerman daratan dan mengebom kota-kota penting, membunuh rata-rata 100 sipil dalam waktu sehari. Kota Hamburg dan Dresden nyaris hancur total. Jepang lebih menderita karena sebagian besar rumah-rumahnya berdekatan dan terbuat dari kayu. Serangan udara Amerika Serikat ke daratan Jepang pada 10 Maret 1942 membuat badai api di angkasa Jepang, dan banyak warga sipil yang tewas akibat serangan ini.
      Dua hari sebelum menyerahnya Amerika Serikat di Filipina, sebuah pertempuran di Coral Sea telah dimulai dan dimenangkan Sekutu pada 8 Mei 1942. Kota Tobruk di Libya bagian timur berhasil diambil lagi oleh Poros. Operasi Barbarossa mengalami kebuntuan. Pasukan Jerman semakin terjepit meski sudah mengepung Leningrad. Akhirnya Hitler merubah tujuannya. Dari semula menggilas Uni Soviet menjadi mendapatkan Rusia Selatan. Namun Stalin tak akan membiarkan hal itu terjadi. Jepang dan Amerika Serikat bertempur di Midway, sebuah pertempuran laut di mana pesawat-pesawat Amerika Serikat berhasil menenggelamkan tiga kapal induk Jepang dalam waktu satu menit. Jepang tak pernah pulih sejak kekalahan di sini. Pada akhir bulan Juni, pertempuran El Alamien I berlangsung dan dimenangkan Poros. Perlawanan Soviet di Crimea berakhir pada 5 Juli 1942 dan kini Stalin bisa lebih leluasa memfokuskan diri pada kecoa-kecoa Hitler di negaranya. Melihat kekuatan yang sudah tak memungkinkan, Jerman menarik diri dari Rusia Utara, menuju selatan. Meski telah mengepung Leningrad selama 900 hari, tetapi Perlawanan kuat dari Uni Soviet membuat Jerman tak bisa menguasainya. Front Moskow mengalami kekalahan telak, dan Hitler mencoba mengulur kekalahan dengan berusaha mendapatkan sebuah kota di selatan, Stalingrad.
Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet

      Langkah Jerman menuju Stalingrad bermula pada 9 Juli 1942. Ketika Jepang mulai melancarkan bombardir terhadap Australia Utara, Jenderal Alexander dan Montgomery mengambil alih komando Sekutu atas front di Timur Tengah pada 13 Agustus 1942. Kedua jenderal ternyata berhasil memusingkan Rommel. Hitler, semakin pusing mendapat laporan hasil pertempuran di mana-mana. Jepang harus mempertahankan wilayah yang begitu luas dengan persenjataan yang semakin tipis. Pada 23 Agustus, pesawat-pesawat Jerman menyerang Stalingrad. Di Afrika Utara, Rommel gagal melancarkan aksi di Alam el Halfa. Pertempuran pecah di kota Stalingrad pada 13 September 1942. Kali ini Tentara Merah Soviet muncul dengan kekuatan yang baru. Georgy Zhukov, seorang jenderal cemerlang di pihak Uni Soviet, merasa Jepang tak akan menyerang wilayahnya di Timur Jauh, karena negara tersebut sedang sibuk mengurus musuh utamanya, Amerika Serikat. Zhukov mengerahkan pasukannya dari Siberia yang dibantu persenjataan dan dukungan Tentara Merah. Orang-orang Siberia adalah rakyat mahir berburu dan tidak takut dingin. Kini mereka akan memulai perburuan lagi. Tapi sasarannya bukan rusa ataupun beruang, melainkan tentara Jerman.
Jenderal Bernard Law Montgomery

      Pertempuran Stalingrad adalah pertempuran paling berdarah sepanjang sejarah umat manusia. Kurang lebih tujuh serdadu tewas setiap lima menitnya. Tentara Soviet mati-matian mempertahankan kota dan Jerman yang semakin terdesak dipaksa Hitler untuk tidak menyerah. Hitler lupa kemampuan istimewa Soviet dalam memobilisasi pasukan. Bantuan yang terus berdatangan membuat Jerman benar-benar dihancurkan. Musim dingin Rusia dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pasukan Soviet. Banyak tentara Jerman yang mati akibat penyakit dan kelaparan. Satu-satunya tujuan mereka merebut Stalingrad bukan karena paksaan dari Hitler, melainkan untuk mempertahankan hidup. Pasukan Jerman yang kedinginan bisa saling bunuh hanya karena berebut gubuk dan jerami untuk menghangatkan diri. Tapi Soviet berbeda. Mereka bekerja sebagai  seorang profesional di medan perang dingin dan bersalju.
      Perang Stalingrad berlangsung penuh darah. Soviet berada di puncak pertempuran sejak 19 November 1942. Jerman kebingungan menghadapi dua front sekaligus, di Eropa dan Afrika Utara. Italia sudah tak bisa diandalkan dan Jepang terlalu jauh dari jangkauan. Montgomery melancarkan Operation Lightfoot di El Alamien yang membuat pertahanan Poros di kota itu kocar-kacir dan berhasil beralih kendali ke tangan Sekutu. Tiga hari kemudian, yaitu pada 8 November 1942, Jenderal Dwight Eisenhower dari Amerika Serikat melancarkan Operasi Obor (Operation Torch) guna merebut Maroko dan Aljazair yang dikendalikan pemerintah Perancis Vichy. Hanya dalam waktu sehari, Sidi Barrani diambil alih lagi oleh Sekutu, begitu juga dengan Tobruk empat hari kemudian. Pada 15 Desember, Inggris merebut Derna sementara Amerika Serikat berhasil mendarat di Maroko dan Aljazair setelah mengalahkan gabungan tentara Jerman dan Perancis Vichy pada 16 November 1942. Jerman dan Amerika Serikat lalu bertemu di kota Djebel Abiod, Tunisia, sehari setelahnya.
Tentara Sekutu selama Operasi Obor di pantai Algiers, Aljazair

      Rommel kesulitan menghadapi dua jenderal jenius sekaligus. Serdadu Sekutu yang dinamai Eighth Army berhasil menduduki Benghazi pada 20 November. Tentara Amerika Serikat berjalan dan dalam waktu seminggu berhasil mencapai kota Terbourba dan Djedeida, 12 mil dari Tunis, pusat pertahanan Poros. Akan tetapi Rommel berhasil mendorong mundur pasukan tersebut di Medjez el Bab, dan memaksanya bertahan di Terbourba yang kemudian gagal dipertahankan oleh Amerika Serikat. Sementara itu, di timur, Eighth Army berhasil merebut Sirte.
      Jepang tak pernah memulai aksi dan terus bertahan sejak Pertempuran Midway. Negara kecil itu harus mempertahankan wilayah luasnya dari gempuran Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.  Ibukota kolonial Italia di Tripoli dirampas oleh Inggris pada 23 Januari 1943. Rommel dan tentaranya terseok-seok menyelamatkan diri ke Garis Mareth, perbatasan selatan Tunisia dengan Libya. Dari Jalan Faid di pusat Tunis, Poros melangkah menuju pertempuran Zizi Bouzid, dan tiba di Sbeteila dua hari kemudian.  Poros benar-benar semakin terdesak di Afrika Utara.
      Di Stalingrad, Jerman sudah tak punya harapan untuk menang tetapi Hitler tetap bersikeras menguasai kota. Stalin menganggap Hitler melakukan aksi yang sia-sia, dan ia tetap menolak menyerahkan Stalingrad sebagaimana Finlandia menyerahkan Viipuri. Serdadu Jerman akhirnya terkepung di kota, tanpa makanan, tanpa bantuan logistik, tanpa persenjataan, dan Soviet sudah siap melakukan strategi 'sapu habis' hingga akhirnya serdadu Jerman menyerah pada 2 Februari 1943. Sisa-sisa tentara Jerman ditawan, tapi perlakuan sebagai tawanan masih lebih baik daripada kedinginan dan melanjutkan pertarungan yang sia-sia di Stalingrad. Stalingrad, sebuah kota di daratan Rusia, akhirnya menjadi awal dari akhir para Nazi, yang dengan tak sengaja telah mengukir batu nisannya sendiri. Pertempuran itu adalah kekalahan pertama Jerman sekaligus patokan dari kekalahan-kekalahan Jerman berikutnya.
Serdadu Soviet mengibarkan bendera kemenangan di Stalingrad


      Operation Vulcan yang dilancarkan Sekutu pada 7 Mei 1943 berhasil menyelesaikan Front Timur Tengah. Mereka menyerbu masuk ke dalam Tunisia, satu-satunya wilayah kekuasaan Poros yang tersisa di Afrika Utara. Bantuan tak bisa lagi dikirim karena Laut Mediterania yang tadinya diberikan pada Italia justru jatuh ke tangan Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Rommel hanya tinggal menanti kekalahannya yang pertama. Meski begitu, Nazi Jerman tetap mati-matian mempertahankan Tunisia yang percuma. Pertempuran besar terjadi di Sfax, Sidi Bouzid, Terbourba, dan Djedeida. Garis Mareth berhasil dikuasai Sekutu terlebih dahulu pada 23 Maret 1943. Akhirnya Amerika Serikat dapat melaju kembali ke Tunisia setelah mendapat kebuntuan di Terbourba, setelah Inggris berhasil menerobos pertahanan timur dan selatan Jerman di Tunisia. Pada 7 Mei 1943, pasukan Inggris memasuki ibukota Tunis, Amerika Serikat mengambil kendali atas kota Bizerte, dan Rommel dievakuasi kembali ke negaranya. Sisa-sisa serdadu Jerman dan Italia menyerah di Tunis, Tunisia, pada 13 Mei 1943. Front Afrika dan Timur Tengahpun berakhir di sini.
Serdadu Jerman dan Italia yang ditawan setelah jatuhnya Tunis, Tunisia

      Jatuhnya Tunis dan kekalahan Poros di Afrika Utara dan Stalingrad adalah awal dari kekalahan beruntun Italia dan Jerman, sementara kekalahan Jepang atas Midway adalah titik balik yang signifikan. Setelah kekalahan Poros di Afrika Utara, Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai mengambil andil dalam pembebasan Asia dan Eropa. Pakta Non-Agresi telah gagal disepakati dan Soviet kini mulai tergiur melihat Jerman yang sudah lemah setelah kegagalan atas Stalingrad.

Next episode :
World War II in The End : End of The Line, History Channel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar